Kini, Manusia Bisa Kendalikan Mimpi




Ilustrasi tidur. (iStock)




Ilustrasi tidur. (iStock)



VIVAlife - Salah satu yang menyenangkan dari tidur adalah bermimpi. Apalagi jika mimpi itu indah. Sayang, bayangan yang memanjakan angan itu harus mendadak hilang saat terbangun.


Saat mencoba mengingat, kenangan soal mimpi sudah kabur. Namun kini, manusia bisa sungguh-sungguh masuk ke dalam mimpi. Sebab, ilmuwan telah menemukan cara memanipulasi dan mengontrol mimpi agar seperti di dunia nyata. Bagaimana?


Sederhana, yang diperlukan hanya arus listrik. Menurut ilmuwan, arus listrik ringan yang disalurkan melalui kulit kepala dapat menginduksi mimpi. Siapapun bisa jadi aktor di mimpinya sendiri.


“Stimulasi arus listrik di kulit kepala dapat memengaruhi otak. Sehingga saat tidur, orang bisa menyadari bahwa dia sedang bermimpi,” ujar Profesor Allan J Hobson dari Harvard Medical School.


Yang “diutak-atik” oleh ilmuwan melalui penemuan itu adalah kondisi mimpi yang jelas, atau disebut lucid dream. Itu merupakan sebuah kondisi yang menyatukan “tidur ayam” dan bangun tidur.


“Tidur ayam”, atau dibahasakan secara medis sebagai REM-sleep (Rapid Eye Movement-sleep) merupakan saat dimana mimpi menjelma seperti nyata. Biasanya, itu terjadi menjelang pagi hari.


Saat lucid dream, orang yang tidur seperti terjaga, namun masih bermimpi. Itu merupakan saat terbaik untuk mengamati apa yang terjadi di otak dan apa yang diperlukan untuk kesadaran sekunder.


Dr Ursula Voss dari Johann Wolfgang Goethe yakin, mimpi bisa diinduksi dengan stimulasi listrik. Caranya, memberi arus bolak-balik ke kulit kepala pada frekuensi tertentu.


Untuk membuktikan itu, dilakukan penelitian dengan 27 relawan. Tak satupun mengalami lucid dream sebelumnya. Mimpi mereka tak pernah jelas. Peneliti menunggu mereka mengalami REM-sleep.


Saat itu terjadi, diterapkanlah stimulasi listrik frontal dan temporal ke kulit kepala mereka. Frekuensinya: antara dua hingga 100 Hz. Lima hingga 10 detik kemudian, relawan terbangun dari tidur.


Ingat Jelas


Saat diminta menceritakan mimpinya, ada orang-orang dengan frekuensi tertentu yang ternyata masih ingat dengan sangat jelas. Sambil bercerita, aktivitas otak mereka juga dimonitor terus-menerus.


Ditemukan, frekuensi 40 Hz memunculkan aktivitas otak yang tinggi. Begitupula frekuensi 25 Hz. Kedua frekuensi itu juga meningkatkan lucid dream pada masing-masing relawan.


Namun, frekuensi yang lebih tinggi, lebih rendah, atau nol sama sekali tidak menunjukkan perubahan tingkat aktivitas otak.


Menurut Hobson, penelitian soal mengenali mimpi penting untuk pengobatan kejiwaan. “Ini sebuah langkah memahami bagaimana otak berhasil berhalusinasi dan terperdaya,” katanya.


Peneliti yang lain menyebut, pengenalan juga penting untuk mengatasi mimpi buruk dan gangguan stres atau trauma. Dengan mimpi yang jelas, orang bisa lebih mengontrol mimpi yang tak diinginkan. (ren)


Sumber: Guardian