Studi: Tukang Begadang Lebih Jago Bermain Cinta




Pria dan wanita yang hobi tidur larut malam lebih mudah berpindah hati. (iStock)




Pria dan wanita yang hobi tidur larut malam lebih mudah berpindah hati. (iStock)



VIVAlife - Meski “Raja Dangdut” Rhoma Irama sudah melarang begadang, masih ada sebagian orang yang memilih tetap terjaga hingga larut malam. Para peneliti menyebutnya “Night Owls”.

Dicirikan, mereka adalah orang-orang yang suka tidur larut malam dan bangun siang esok harinya.


Pria maupun wanita bisa termasuk dalam kategori itu. Menariknya, sebuah riset menunjukkan hubungan antara kecenderungan gaya hidup begadang dengan kondisi asmara dan kemampuan mengambil risiko.


Mengutip Daily Mail, para “Night Owls” lebih sering menjadi “kutu loncat” dalam hubungan percintaan. Mereka beralih secara cepat dari satu kencan jangka pendek ke kencan jangka pendek lainnya.


Terbukti, teman kencan pria “Night Owls” dua kali lebih banyak dibandingkan pria kategori “Early Birds”. Yang disebut terakhir, adalah kategori untuk mereka yang hobi tidur cepat dan bangun lebih pagi.


Riset yang menelurkan kesimpulan itu, menguji sampel air liur dari 211 relawan. Sebanyak 110 pria, dan 91 wanita. Itu dilakukan untuk menguji tingkat hormon kortisol dan testosteron.


Selain itu, mereka ditanyai soal kecenderungan mereka mengambil risiko, serta pola tidurnya.


Penelitian itu menemukan, mereka yang suka begadang memiliki tingkat kortisol yang lebih tinggi. Itu berhubungan dengan energi, gairah, dan keberanian mengambil risiko.


Penemuan itu menjelaskan secara biologis, mengapa para “Night Owls” cenderung lebih bergairah, berani mengambil risiko, dan mudah beralih dari satu hubungan ke hubungan lain.


“Kortisol tinggi adalah mekanisme biologis atas kecenderungan para ‘Night Owls’ mengambil risiko,” kata Dario Maestripieri, pemimpin penelitian.


Pada beberapa orang, kortisol tinggi menunjukkan pelepasan stres. “Kortisol tinggi berkaitan dengan fungsi kognitif tinggi. Banyak orang sukses dan berprestasi punya kortisol tinggi,” lanjut Maestripieri.


Profesor dari University of Chicago itu juga menjelaskan, wanita “Night Owls” punya kortisol lebih rendah dibanding pria dalam kategori sama. Namun, kortisol mereka sebanding dengan pria “Early Birds”.


Lebih lanjut, ia menerangkan, pola tidur seseorang bisa diturunkan secara genetik. Tetapi, ada pula pengaruh lingkungan dan kebiasaan. Misalnya, biasa bekerja lembur atau mengurus anak. (art)