Salah Kaprah Penggunaan Antibiotik




Selama ini banyak terjadi salah kaprah terhadap penggunaan antibiotik. (iStock)




Selama ini banyak terjadi salah kaprah terhadap penggunaan antibiotik. (iStock)



VIVAlife - Dokter dan ahli kesehatan di Inggris mengingatkan bahaya penggunaan antibiotik yang tidak pada tempatnya. Menurut Public Health England dan Royal College of General Practitioners, keluarnya ingus dari hidung dan munculnya lendir hijau tak lantas harus diobati dengan antibiotik.

Seperti dilansir laman BBC, Senin, 18 November 2013, para praktisi kesehatan ini menggambarkan penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi sebagai mitos. Menurut mereka, gejala itu sebetulnya lebih sering disebabkan oleh virus. Alhasil, penggunaan antibiotik justru menyebabkan resistensi.


Public Health England, lembaga yang dibentuk Departemen Kesehatan Inggris, mengadakan penelitian tentang penggunaan antibiotik. Hasilnya, 40 persen masyarakat Inggris berpikir bahwa antibiotik bisa mengobati batuk dengan dahak hijau. Sementara itu, hanya sedikit masyarakat berpikir bahwa antibiotik mampu menyembuhkan batuk dengan dahak berwarna.


"Ini merupakan mitos yang berlaku bahwa siapa pun yang mengalami dahak atau ingus hijau membutuhkan antibiotik agar kondisinya lebih baik," ujar Dr Cliodna McNulty dari Public Health England.


McNulty menuturkan, sebagian besar infeksi yang menghasilkan banyak dahak atau ingus adalah penyakit virus. Kondisi tersebut akan membaik dengan sendirinya, meski terkadang mereka yang mengalami hal ini merasa buruk dalam beberapa pekan.


"Masalah resistensi antibiotik mengalami pertumbuhan. Setiap orang bisa membantu dengan tidak menggunakan antibiotik untuk pengobatan infeksi yang tidak rumit," ucapnya.


Penggunaan antibiotik bisa mempengaruhi miliaran bakteri yang hidup alami di dalam tubuh manusia dan bisa mengarah pada resistensi. Dr Maureen Baker dari Royal College of General Practitioners menuturkan, penggunaan antibiotik terlalu sering merupakan masalah kesehatan yang serius.


"Infeksi beradaptasi dengan antibiotik yang digunakan untuk membunuh mereka dan akhirnya membuat pengobatan tidak efektif, sehingga penting bahwa antibiotik digunakan dengan tepat," kata Dr Maureen. (art)