VIDEO: Mewarna Batik ala Maestro Seni Jepang




Batik menarik minat masyarakat dunia. (VIVAnews/Muhamad Solihin)




Batik menarik minat masyarakat dunia. (VIVAnews/Muhamad Solihin)



VIVAlife - Ketenaran batik sebagai budaya asli Indonesia memang telah mendunia. Namun, trik mewarnai kain seperti batik tak hanya dimiliki Negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Jepang juga mengenal cara mewarna kain menggunakan bahan alami.

Itu disampaikan Sochio Yosioka, maestro seni tenun dan pewarnaan kain tradisional asal Jepang saat berkunjung ke Indonesia, beberapa waktu lalu. Sochio menyebutkan, pewarnaan alami itu sudah menjadi warisan budaya turun temurun di keluarganya.


“Saya adalah generasi kelima yang mewarisi budaya ini. Keluarga besar saya sudah menekuninya selama kurang lebih 220 tahun,” ujarnya saat ditemui di Gedung Summit Mas, Jakarta. Cara mewarnanya unik, karena menggunakan bahan dasar pohon, bunga, dan akar. Tanpa bahan lilin.


“Kain kita cetak menggunakan kayu dan semua bahan dari alam,” kata Sochio. Sebagian dari bahan-bahan itu hanya bisa ditemukan di Indonesia. Misalnya, kayu manis dan kayu secang. Sochio sampai menyempatkan diri berkunjung ke Kebun Raya Bogor demi berburu bahan-bahan yang cocok untuk teknik mewarnanya.


Tak heran, kain yang telah melalui proses pewarnaan Sochio berharga lebih mahal dari kain biasa. Apalagi, ia menggunakan kain tradisional khusus. “Di Jepang ada kain seperti batik, membutuhkan banyak usaha memperolehnya. Ini barang tradisional, jadi harganya lebih mahal dari kain modern,” lanjutnya.


Karena dibuat secara khusus, kain itu tak digunakan sembarangan. Biasanya, terang Sochio, digunakan dalam upacara-upacara keagamaan di kuil. Bisa juga diberikan sebagai warisan turun temurun.


Pengenalan teknik pewarnaan ala Jepang itu mendapat sambutan hangat Rachmat Gobel, Komisaris Independen VIVA Grup sekaligus Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang. Menurutnya, kain tradisional Jepang itu punya ciri khas menarik karena merupakan harmonisasi antara alam dan budaya.


“Ini yang Indonesia tidak punya, di Jepang itu alam sangat di hormati, jadi memberikan nilai lebih,” katanya. Selain itu, ia juga mencermati adanya regenerasi yang sempurna. Teknik pewarnaan dan kesakralan bisa diwariskan turun temurun hingga menembus ratusan tahun.


Apalagi, mereka bisa tetap menjaga penggunaan bahan-bahan alami. “Mereka impor bahan dasar dari kita. Jadi bahannya ada di Indonesia, yang harus kita tiru adalah semangat. Harus ada yang ambil peran disini,” ucap Rachmat lagi.


Saksikan video teknik pewarnaan alami asal Jepang, melalui video ini.