FOTO: Jelajah "Surga" di Tanah Sumba (II)




Pantai privat di dekat Marosi, Sumba. (Dok. Pribadi Arillia Pitaloka Kurniarsih)




Pantai privat di dekat Marosi, Sumba. (Dok. Pribadi Arillia Pitaloka Kurniarsih)



VIVAlife - Menyibak jengkal demi jengkal pesona Sumba seakan tak ada habisnya. Pantainya menyajikan kemurnian warna alami sempurna. Masyarakatnya menyuguhkan kesederhanaan luar biasa.


Melanjutkan perjalanan Arillia Pitaloka dan rombongan pelancong asal Jakarta, berikut VIVAlife merekomendasikan “surga” lain di Sumba yang terekam kamera. Bersiaplah mereguk keindahan yang juara.


Air terjun Lapopu


Air Terjun Lapopu, Sumba


Tidak mudah memang mencapai destinasi di Sumba Tengah ini. Butuh dua jam perjalanan dari Prai Ijing, kampung adat terdekat. Medannya pun rumit. Jalan berkelok-kelok.


Ada pula jembatan bambu berkapasitas dua orang yang harus diseberangi. Selain itu, jalan setapak menuju air terjun tergolong licin. Namun, patri dalam-dalam di kepala, bahwa memang butuh perjuangan terjal untuk mencapai sesuatu yang indah.


Benar saja. Segala lelah langsung luruh saat air terjun Lapopu sudah di depan mata. Muncratan airnya dingin dan segar. Saat kepala mendongak, tampaknya pola bertingkat setinggi lebih dari 70 meter.


Karena pola yang sama, air terjun itu juga disebut Niagara kecil. Tak seperti air terjun di Jawa, Lapopu minim pengunjung. Lingkungannya juga masih murni. Gemuruh air beradu dengan suasana alam.


Pantai Marosi


Pantai Marosi, Sumba


Lagi-lagi mata dimanjakan terusan pantai yang memanjang. Kalau pantai-pantai sebelumnya memukau dengan warna air biru dan pasir putih, Marosi punya keunggulan lain. Yakni, gulungan ombak tinggi.


Penggemar selancar pasti akan tertantang menaklukkan ombak di sana. Meski ada beberapa bocah lokal dan pelancong asing asyik berselancar, pantai ini masih tergolong sepi dan murni.


Yang menarik, ada sebuah pantai tersembunyi di dekat Marosi. Tak semua orang tahu lokasi dan namanya. Layak jika pantai ini tak hanya senyap, tetapi juga menyuguhkan panorama yang masih murni.


Pasirnya tak putih, namun menggiurkan dengan warna keemasan. Airnya juga tenang, tanpa ombak. Belum lagi penduduk lokal yang begitu ramah. Singkatnya, ini tempat paling tepat melepas lelah.


Padang savana


Padang Savana, Sumba


Padang Savana, Sumba


Padang Savana, Sumba


Ada dua padang savana indah di Sumba. Pertama, Padang Lamboya di Sumba Barat. Sekali menginjakkan kaki, Anda akan langsung tersirep hamparan hijau yang berpadu indah dengan langit biru.


Dari tempat itu, banyak terdapat kubur batu dari masa lampau. Masing-masing biasanya dinaungi pohon. Konon, itu menyangkut kepercayaan masyarakat setempat soal kehidupan setelah kematian.


“Pohon diibaratkan kehidupan, begitu,” tutur Aril, mengutip keterangan pemandu wisata lokal.


Setiap bulan Februari atau Maret, Padang Savana Lamboya dijadikan tempat Festival Pasola. Penduduk setempat bertarung dengan kuda terbaik masing-masing dan bersenjatakan tombak.


Di Sumba Timur, juga terdapat padang savana yang tak kalah indah. Perbukitan hijau menghampar, seperti gundukan berlapis permadani alami. Kuda dan kerbau asyik merumput ditemani semilir angin.


Teluk Tarimbang


Teluk Tarimbang, Sumba


Teluk Tarimbang, Sumba


Waktu terbaik mengunjungi Teluk Tarimbang: menjelang Matahari tenggelam. Di sisi yang tepat, warna oranye Matahari akan terlihat jelas. Kebetulan, penjelajahan rombongan Aril tertutup tebing tinggi.


Namun, biasnya tetap menularkan keindahan yang nyata. Warna jingga perlahan merayapi tebing, bertengger di pucuknya. Itu membuat tebing seakan punya mahkota berwarna keemasan.


Oranye kemerahan juga ikut terpantul lewat perairan teluk. Saat hari beranjak malam, warna itu digantikan selimut gelap dengan taburan bintang yang tak terhitung banyaknya. (art)


Baca juga: Jelajah "Surga" di Tanah Sumba (I)