Cumi Lombok Ijo. (VIVAlife/Daru WaskitaDaru Waskita (Yogyakarta))
Cumi Lombok Ijo. (VIVAlife/Daru WaskitaDaru Waskita (Yogyakarta))
VIVAlife - Bagi masyarakat Gunungkidul, Yogyakarta, sayur cabai hijau atau jangan lombok ijo begitu populer. Rasanya, tak lengkap jika makan tanpa ditemani salah satu sayuran tradisional itu.
Sayur bertabur cabai hijau itu menginspirasi Dardi Nugroho, pemilik warung seafood Salsabila untuk membuat kreasi masakan cumi. Ia membuat cumi lombok ijo, dengan rasa pedas mendominasi.
Rupanya, menu hasil coba-coba itu amat diminati. Banyak pengunjung yang ketagihan dengan sensasi pedasnya di lidah. Menu itu tergolong unik, karena biasanya cumi hanya digoreng tepung, masak asam pedas, atau asam manis.
“Lama-lama konsumen bosan dengan masakan cumi yang itu-itu saja,” kata Dargon, sapaan akrab Dardi Nugroho kepada VIVAlife, Minggu, 24 Agustus 2014. Depotnya jadi satu-satunya yang menyediakan cumi dengan kreasi masak yang berbeda.
Menurut Dargon, cumi lombok ijo bukan hanya menonjol karena rasa pedasnya. Tetapi juga sensasi nikmat yang didapat dari bumbu lengkap: bawang putih, bawang merah, hingga potongan jahe.
“Masak cumi lombok ijo ini juga tidak terlalu lama, karena jika lama justru cumi-cumi yang dipotong kecil-kecil akan keras,” imbuh Dargon menjelaskan.
Satu porsi masakan cumi lombok ijo, harganya tak jauh berbeda dengan masakan cumi goreng tepung ataupun asam pedas. Yakni, sebesar Rp60 ribu yang cukup untuk empat hingga lima orang.
“Kalau dihitung untuk makan cuma seorang hanya membayar sekitar Rp15 ribu,” tutur Dargon.
Terima permintaan
Selain cumi lombok ijo, Dargon yang dibantu istrinya, Sumarni juga melayani permintaan masak. Pengunjung bisa membawa ikan mentah dari pasar dekat Pantai Depok, untuk diolah di depotnya.
“Biasanya setiap kilo ikan dikenakan biaya mengolah seperti permintaan konsumen sebesar Rp10 ribu hingga Rp15 ribu. Nggak mahal,” kata Sumarni menerangkan.
Itu membuat warung makannya makin ramai. Saat pertama buka di tahun 2001, Sumarni menjelaskan, tidak seramai sekarang. Hanya ada keluarga dan satu tenaga tambahan dari tetangga.
Namun seiring berkembangnya Pantai Depok sebagai salah satu destinasi utama pelancong penggemar seafood, tenaga kerja pun bertambah menjadi enam orang.
“Kita juga membangun rumah makan seafood lagi yang dinamai rumah makan seafood Salsabila II, lokasinya berhadapan langsung dengan pantai,” beber Sumarni.
Saking ramainya Salsabila sebagai depot seafood, saat libur terkadang meja yang tersedia sampai tak bisa menamping pengunjung.