Konsep Brilian untuk Harga Tiket Pesawat Murah




Kursi vertikal yang diperkenalkan Aviointeriors S.p.A. (Aviointeriors)




Kursi vertikal yang diperkenalkan Aviointeriors S.p.A. (Aviointeriors)



VIVAlife - Berbahagialah Anda yang masih merasa harga tiket pesawat terlalu mahal. Kelak, harga moda transportasi udara itu akan bersaing dengan transportasi darat, seperti bus dan kereta api.

Sebuah konsep inovatif ditelurkan Fairuz Romli, seorang profesor teknik penerbangan di Universiti Putra Malaysia. Ia berpikir, bagaimana menambah kapasitas penumpang, sekaligus menurunkan harga tiket.


Gagasan Romli adalah menyediakan kursi vertikal, atau kabin berdiri. Ia terinspirasi dari penumpang kereta api dan bus yang harus berdiri jika kendaraan, atau gerbong sudah cukup penuh sesak.


Menggunakan contoh Boeing 737-300 yang populer, Romli membuktikan betapa idenya cemerlang. Itu akan mengurangi 21 persen kapasitas penumpang dan menurunkan 44 persen harga tiket.


Pada CNN, Romli mengaku sering menggunakan jasa pesawat. Ada kalanya, ia mengalami penerbangan yang amat singkat. Baru beberapa saat mengunci sabuk pengaman, sudah harus membukanya lagi.


"Kemudian saya berpikir, jika sedemikian singkat waktu penerbangan, apakah kita benar-benar harus duduk?" ucapnya. Setelah sedikit riset, ternyata sudah pernah ada yang memikirkan ide itu sebelumnya.


Dalam pameran pada 2010, Aviointeriors S.p.A meresmikan The Skyrider dengan tempat duduk seperti sadel. Sementara itu, Ryanair mempunyai gagasan menggunakan sabuk pengaman di dada, bukan pinggang.


Romli menyarankan, konsep-konsep seperti itu lebih dikembangkan. Terutama, untuk penerbangan jarak pendek. Namun, waktu toleransi berdiri harus didasarkan pada usia dan kesehatan penumpang.


"Sudah banyak orang mau berdiri di bus dan kereta api. Jadi, seharusnya ide ini tidak terlalu mengada-ada," kata Romli. Dibanding berdiri tujuh jam di bus, orang memilih berdiri satu jam di pesawat.


Romli optimistis, idenya akan bisa diaplikasikan lima hingga enam tahun mendatang. Meski banyak yang menentang, ia yakin banyak juga maskapai yang akan tertarik karena mereka bisa menghemat biaya.


"Tantangannya adalah mendapat persetujuan dari seluruh otoritas penerbangan dan membuktikan konsep ini tetap memenuhi semua persyaratan soal keselamatan penumpang," kata Romli yakin. (asp)