Kisah Nenek 70 Tahun Besarkan Bayi Buangan Tanpa Pamrih




Ilustrasi bayi. (iamforkids.org)




Ilustrasi bayi. (iamforkids.org)



VIVAlife - Zhu Shuibao hanya seorang wanita renta di Tiongkok. Sekitar 15 tahun lalu, ia menemukan bayi di semak-semak. Kulitnya dipenuhi ruam. Rasa gatal dan sakit membuat bayi itu terus menangis.

Entah sudah berapa lama bayi itu teronggok tak berdaya. Orang-orang yang lewat tak juga terketuk hatinya. Zhu, tanpa pikir panjang langsung membawa bayi itu pulang. Tangis bayi membuatnya trenyuh.


Nenek 70 tahun itu sempat mampir ke dokter untuk memeriksakan kelainan kulit bayi. Ia diberi obat untuk meredakan radang. Dengan telaten, tiga kali sehari Zhu memberikan obat pada bayinya.


Seminggu kemudian, merah-merah pada kulit bayi tak lagi tampak. Namun Zhu tetap heran, mengapa warna bayi itu tak sama seperti anak Tiongkok lainnya. Dibanding dirinya sendiri, bayi itu lebih gelap.


Lagi-lagi Zhu bertanya pada dokter. Barulah ia tahu, bayi itu punya ras campuran. Istilah itu baru pertama didengar Zhu, sebab ia tak pernah mengenyam bangku pendidikan saat muda.


Meski sudah tahu asal-usul bayinya, perlakuan Zhu tak berubah. Ia tetap melimpahi si bayi dengan kasih sayang. Zhu Junlong, begitu si bayi diberi nama, dibesarkan Zhu seperti cucunya sendiri.


Semakin besar, hidup Junlong semakin pahit. Ia tumbuh dilingkupi kecurigaan dari sekelilingnya. Setiap ia berjalan, orang-orang memandangnya penuh rasa ingin tahu: mengapa ia berbeda?


Entah berapa banyak pertanyaan yang terlontar soal latar belakangnya. Junlong tak bisa menjawab, karena ia memang tak tahu. Yang ia tahu, ada Zhu yang selalu menyambutnya penuh senyum di rumah.


Itu cukup. Di rumah, Junlong tak pernah merasakan diskriminasi. Di lengan Zhu, ia gantungkan hidup.


Sayang, mata pemerintah lama tertutup untuk hubungan menyentuh itu. Buktinya, telah lama Zhu mengajukan izin untuk mengadopsi Junlong secara resmi, tak kesampaian juga.


Setelah 15 tahun, barulah nenek dan anak itu bersatu. Junlong kini diakui secara legal, dan punya kartu identitas. Menariknya, hingga kini Junlong tak berniat mencari orang tua kandungnya.


Mengutip Rocket News, Junlong mengaku sudah melewati tahap itu. Yang ia pedulikan sekarang, bagaimana membalas budi baik Zhu. Ia ingin membayar semua yang pernah dilakukan Zhu untuknya.


Zhu telah menyelamatkannya, memberinya rumah, juga bersabar menanti 15 tahun sampai ia diakui oleh negaranya. “Junlong telah mengatakan itu berkali-kali, tapi aku masih juga tersentuh,” kata Zhu.


Kini, Junlong sudah duduk di kelas 9. Ia mengatakan, ingin meneruskan sekolah ke bidang teknik. Zhu menuturkan, putra kesayangannya itu memang tertarik soal mesin dan komputer.