Kiat Lindungi Anak Dari Kekerasan Seksual




Membiasakan anak curhat kepada orangtua adalah cara utama untuk mengetahui perkembangan anak dan hal-hal apa saja yang mereka alami. (iStock)




Membiasakan anak curhat kepada orangtua adalah cara utama untuk mengetahui perkembangan anak dan hal-hal apa saja yang mereka alami. (iStock)




VIVAlife - Setiap orangtua pasti ingin melindungi anak-anak mereka dari kekerasan seksual. Sejak kasus kekerasan seksual yang terjadi di salah satu Taman Kanak-kanak (TK) di Jakarta, semakin banyak orangtua yang was-was dan khawatir mengenai para buah hati mereka.

Siapa pun dapat menjadi penganiaya anak, atau dikenal dengan pedofilia, sehingga mengidentifikasi predator bukan merupakan hal yang mudah. Terutama, karena kebanyakan penganiaya anak awalnya adalah orang yang dipercaya oleh anak-anak, namun kemudian kepercayaan tersebut disalahgunakan.


Dr. Seto Mulyadi, psikolog sekaligus pemerhati anak, mengatakan bahwa sudah merupakan kewajiban orangtua untuk memerikan pendidikan dasar organ vital sejak dini kepada buah hati mereka. Misalnya, cara membersihkan hingga menjaga keamanan organ vital.


"Anak yang mengalami pelecehan seksual umumnya tidak diajarkan untuk bersikap tegas terhadap orang asing," ujar Seto yang juga Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak dalam acara diskusi bertajuk Kiat Melindungi Anak dari Kekerasan Seksual di Pinisi Edutainment Park, Pasaraya, Jakarta, Jumat, 25 April 2014.


Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa penting bagi orangtua agar proaktif mendidik anak berani menolak dengan tegas atau meminta bantuan dari orang lain jika ada orang yang berbuat tidak senonoh seperti meraba atau menyentuh organ vital mereka.


"Karena tidak diajarkan dengan tegas untuk berani dan mewaspadai orang asing, banyak anak yang menjadi korban pelecehan seksual," ungkap pria yang akrab disapa Kak Seto itu.


Seto menambahkan bahwa hal yang selalu ia katakan kepada para orangtua adalah pentingnya menjalin komunikasi efektif dengan anak. Membiasakan anak curhat kepada orangtua adalah cara utama untuk mengetahui perkembangan anak dan hal-hal apa saja yang mereka alami di sekolah atau lingkungan bermain. Terutama, bagi para orangtua yang sehari-harinya bekerja.


"Amati perubahan sikap anak. Misalnya, yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba sering mengigau saat tidur, sering mengompol, tidak berani ke toilet dan sebagainya," kata Seto.


Observasi ini merupakan tanggung jawab para orangtua yang terkadang dianggap remeh. Padahal, jika hal ini dilakukan, jika anak menjadi korban perbuatan tidak menyenangkan, orangtua pasti akan langsung mengetahui dan dapat mencegah hal itu terjadi terus menerus.


"Anak-anak di bawah umur sangat membutuhkan pengawasan dari kedua orangtuanya. Jadi, jangan hanya bergantung pada baby sitter, guru, atau pihak sekolahnya," jelasnya. (asp)