Studi: Stres Sebelum Hamil Berdampak pada Anak




Gaya hidup wanita sebelum hamil juga berpengaruh penting pada anak yang akan dikandungnya. (iStockphoto)




Gaya hidup wanita sebelum hamil juga berpengaruh penting pada anak yang akan dikandungnya. (iStockphoto)



VIVAlife - Semua wanita tahu bahwa gaya hidup mereka selama hamil, akan memengaruhi kesehatan masa depan anak. Namun kali ini, para peneliti menunjukkan bahwa gaya hidup wanita sebelum hamil juga berpengaruh penting pada anak yang akan dikandungnya.

Penelitian yang dilakukan oleh University of Haifa, Israel, menunjukkan bahwa tingkat stres pada wanita sebelum proses pembuahan dan kehamilan dapat memengaruhi kemampuan masa depan anak dalam menangani situasi stres. Ini disebabkan karena stres sebelum kehamilan dapat menyebabkan perubahan genetik pada struktur sel telur wanita.


Meski hasil penelitian ini didapat melalui objek tikus, tetapi para ilmuwan percaya kesimpulan penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal Biological Psychiatry ini dapat diterapkan pula pada manusia.


"Kesamaan sistemik dalam banyak hal antara manusia dan tikus menimbulkan pertanyaan tentang pengaruh transgenerational pada manusia. Jika sampai sekarang kita hanya melihat bukti dari efek perilaku, kini telah ditemukan bukti efeknya pada tingkat genetik," ujar salah seorang peneliti Hiba Zaidan seperti dikutip Daily Mail.


Para peneliti fokus pada gen yang dikenal sebagai CRF-1. Gen ini terkait dengan sistem stres tubuh dan mengekspresikan diri di otak ketika berada di bawah stres. Mereka lalu menggunakan tikus betina berusia 45 hari, yang sejajar dengan usia remaja pada manusia.


Tikus-tikus tersebut diberikan suasana yang membuat mereka stres, seperti perubahan suhu dan perubahan rutinitas sehari-hari selama tujuh hari. Setelah itu, mereka dibandingkan dengan kelompok tikus yang terkontrol atau tidak mengalami stres. Tikus-tikus ini kemudian dikawinkan dan hamil dua pekan kemudian.


Di bagian pertama penelitian, para peneliti memeriksa sel telur dari tikus yang stres sebelum dan saat hamil. Hasilnya ditemukan bahwa terjadi peningkatan ekspresi dari CRF-1 gen. Kemudian, peneliti juga memeriksa otak tikus yang baru lahir, sebelum dipengaruhi oleh induknya. Ditemukan pula peningkatan ekspresi dari CRF-1 gen di otak bayi tikus dari induk yang stres.


Terakhir, para peneliti kembali menempatkan situasi stres pada semua anak tikus, baik yang induknya mengalami stres sebelum hamil maupun yang tidak. Hasilnya terlihat bahwa ekspresi CRF-1 di antara anak-anak tikus itu bergantung pada tiga faktor, yaitu jenis kelamin, stres yang dialami induk, dan stres yang dialami si anak itu sendiri.


"Fakta bahwa pada kenyataannya saat ini banyak wanita yang stres bahkan sebelum mereka hamil, saya rasa penting untuk kembali melakukan penelitian sejauh mana fenomena tersebut berpengaruh pada manusia," ujar Zaidan.