VIDEO: Pasang Kawat Gigi Tanpa Bantuan Ahli, Amankah?




Kawat gigi menjadi tren di Indonesia. (iStock)




Kawat gigi menjadi tren di Indonesia. (iStock)



VIVAlife - Pemasangan kawat gigi atau behel telah makin menjadi tren di Indonesia. Tak hanya menjawab permasalahan soal susunan gigi yang tak rata, behel juga bagian dari mode. Warna-warni di gigi makin disukai tak hanya oleh remaja, tetapi juga kalangan dewasa.


Tak heran, jasa pemasangan behel makin laris manis. Ia bahkan tersedia di pinggir-pinggir jalan. Harga yang ditawarkan relatif murah, puluhan sampai ratusan ribu. Jauh berbeda dengan jasa tenaga ahli yang bisa mencapai jutaan rupiah.


Sekali datang, pasang, selesai. Tak perlu ada kontrol. Namun, cara itu jelas tak aman. Kawat gigi yang digunakan mungkin saja palsu. Akibatnya, mulut justru bisa terkena infeksi.


Drg. Ria Ariyani, seorang dokter gigi yang membuka praktek di kawasan BSD menegaskan, pemasangan behel harus melalui bantuan tenaga profesional.


“Karena itu saya ingin mengubah konsepsi masyarakat, bahwa tidak semua dokter gigi memasang tarif mahal. Juga tidak semua yang pakai kawat gigi itu orang berduit,” ujarnya seperti ditayangkan dalam program Friends ANTV, atau bisa dilihat melalui video ini.


Kawat gigi sendiri tersedia dalam beragam jenis. Ada yang konvensional dengan bahan metal atau stainless steel. Untuk gaya, biasanya ditambahkan bracket berwarna-warni. Ada pula kawat gigi yang transparan.


Harganya pun bermacam-macam, mulai Rp6 juta sampai puluhan juta rupiah. Memang lebih mahal dari pemasangan behel di jalanan. Namun, terjamin kualitas dan keamanannya.


Ria menjelaskan prosedur pemasangan kawat gigi yang benar. Pertama, dokter akan memeriksa kondisi gigi pasien. Pada tahap ini, foto rontgen rahang diperlukan. Selanjutnya, gigi dicetak agar dokter bisa lebih jelas mengetahui perkembangan kondisi rahang pasien.


“Kemudian gigi dibersihkan. Bisa dilakukan pembersihan karang, dan tambal atau cabut gigi jika diperlukan,” lanjut Ria. Setelah bersih, barulah bracket dipasang di tiap gigi. Jika sudah, pemasangan kawat dan karet dilakukan.


Proses itu membutuhkan waktu yang tak sebentar, minimal satu jam. Untuk hasil maksimal, pasien harus kontrol setiap dua minggu sekali. Perbedaan kondisi rahang baru bisa dirasakan minimal setahun kemudian. Agar tak mudah rusak atau lepas, pasien sebaiknya tak menggigit atau menarik makanan yang terlalu keras.


Ria juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan mulut selama pemakaian kawat gigi. Kalau bisa, katanya, sikat gigi setiap selesai makan. “Menyikatnya dari bawah ke atas. Baru sikat behelnya,” jelas Ria.


Setelah gigi dinyatakan rapi dan behel boleh dilepas, pasien masih harus menggunakan ortho-retainer, penyangga khusus untuk gigi. “Behel fungsinya menjaga susunan gigi. Setelah dilepas, untuk sementara harus dipasang itu untuk memastikan susunannya kuat,” jelas Ria. (ms)