Seorang wanita berbuka puasa di Masjid Niujie, Beijing. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Seorang wanita berbuka puasa di Masjid Niujie, Beijing. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
VIVAlife - Seluruh umat muslim di dunia tengah merayakan berkahnya bulan Ramadan. Siang hari menjadi syahdu dengan aktivitas ibadah. Sore menjadi riuh oleh semangat berbuka puasa.
Tapi, di negara seperti Tokyo dan Tiongkok yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam, momen berbuka puasa tidak segegap-gempita di Indonesia. Umat muslim minoritas, namun bersolidaritas.
Di Masjid Camii Tokyo, misalnya. Dari sekitar 80 masjid di Jepang, itu yang terbesar. Masjid Camii pun menjadi pusat umat muslim di Tokyo untuk menyemarakkan bulan Ramadan.
Seperti halnya Masjid Istiqlal di Jakarta, di sana juga menggelar buka bersama. Saat azan magrib berkumandang, umat muslim berkumpul di Masjid Camii, antre mengambil jatah berbuka mereka.
Lalu, mereka berkumpul di meja-meja untuk menyantapnya. Selain kurma yang menjadi hidangan khas berbuka puasa, tersedia pula menu tradisional Jepang seperti kari dan daging berbalut bumbu teriyaki.
Anak-anak dan orang dewasa berkumpul. Selain menjadi momen berbuka, itu juga sekaligus ajang berinteraksi lintas generasi. Setelah berbuka, mereka juga menyelenggarakan ibadah bersama.
Momen itu membuat umat muslim di sana bak keluarga.
Di Beijing, Tiongkok, suasana berbuka berbeda lagi. Riuhnya berbuka berpusat di Masjid Niujie alias The Beijing Cow Street Mosque. Itu merupakan tempat ibadah umat muslim tertua dan terbesar di negeri Tirai Bambu itu.
Pengurus masjid menyiapkan menu berbuka sejak sore. Terdapat menu takjil dan makanan berat. Mereka bahkan menatanya dengan rapi pada meja-meja yang tersedia. Jemaah tinggal menyantapnya.
Sama seperti di Jepang, umat muslim di Tiongkok juga berkelompok dalam meja-meja bundar. Mereka asyik bercengkerama sambil menikmati hidangan. Setelah itu, buka puasa pun dilanjut ibadah bersama.