Cerdik Mengontrol Kadar Gula Saat Berpuasa




Berbuka puasa biasanya diawali dengan minuman manis seperti kolak. (VIVAnews/Muhamad Solihin)




Berbuka puasa biasanya diawali dengan minuman manis seperti kolak. (VIVAnews/Muhamad Solihin)



VIVAlife - Saat berpuasa, kurang lebih selama 13 jam tubuh tidak mengonsumsi apapun. Padahal, cadangan makanan dalam tubuh hanya cukup memenuhi kebutuhan untuk 12 jam.

Sementara kesempatan memberi asupan gizi hanya saat berbuka sampai sahur. Atas nama menggantikan energi tubuh yang hilang, orang cenderung mengonsumsi yang manis-manis.


Waspada, konsumsi banyak gula justru bisa memicu diabetes. Meski kadar gula dalam tubuh menurun dan harus diganti saat berbuka, bukan berarti seluruh makanan yang dikonsumsi terlalu manis. Mulai sirup, jajanan, bahkan sampai makanan inti dan penutup.


Dr Fiastuti Witjaksono, MS, SpGK spesialis gizi klinis menyarankan, batasi konsumsi gula. “Gula yang direkomendasikan per hari oleh Kemenkes maksimal 50 gram atau 4 sendok makan,” katanya.


Daripada memercayakan penggantian energi tubuh hanya pada gula, ada baiknya mengonsumsi buah agar tetap bugar. Kebutuhan serat normal per hari, sekitar 20 gram atau setara dengan tiga porsi buah.


“Buah mengandung energi, mineral, serat, dan gula. Itu semua bisa menyegarkan tubuh,” ia menerangkan pada VIVAlife, saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.


Namun, buah pun tak dimakan sembarangan. Ada dua pilihan, yakni sebelum dan sesudah makan. Mengonsumsi buah sebelum makan, cocok untuk melangsingkan tubuh dan mengontrol nafsu makan.


Buah kalorinya kecil dan relatif mengenyangkan. Sedang mengonsumsi buah setelah makan, seperti yang lazim dilakukan, cocok untuk anak-anak. Itu berhubungan dengan metabolisme enzim tubuh.