Meresapi Ruh Tradisional di Kampung Adat Sumba




Kampung Prai Ijing, Sumba. (Dok. Pribadi Arillia Pitaloka Kurniarsih)




Kampung Prai Ijing, Sumba. (Dok. Pribadi Arillia Pitaloka Kurniarsih)



VIVAlife - Menyusuri Sumba tak hanya mendapat sajian alam istimewa. Masyarakatnya yang ramah bersahaja juga siap menyapa. Sumba merupakan paduan pas keindahan dan kesederhanaan.


Daerah yang masih masuk wilayah Nusa Tenggara Timur itu masih memiliki kampung-kampung adat yang kental akan tradisionalitas. Berikut VIVAlife merangkum beberapa kampung yang bisa dikunjungi.


Kampung Adat Wainyapu


Batu-batu berbentuk persegi tersebar di seluruh kawasan kampung. Terletak di Kecamatan Kodi, Sumba Barat Daya, kampung adat Wainyapu memang termasuk desa tertua di Sumba.


Batu berbentuk persegi itu, merupakan kubur nenek moyang yang sudah berusia ratusan tahun. Rumah-rumah yang ada di kampung itu juga sudah tampak tua dan tradisional.


Atap-atap tinggi dari daun rumbia menjulang, meski bangunan tidak diperkuat logam seperti paku. Di depan rumah, penduduk berpakaian khas duduk santai sambil mengunyah sirih dan pinang.


Kampung Adat Ratenggaro


Dibanding kampung Wainyapu, Ratenggaro memang tergolong baru. Rumah adatnya masih bersih dan terawat. Terang saja, Ratenggaro sudah biasa menjadi tempat wisata.


Namun, tetap ada yang menarik dari kampung ini. Pertama, sebuah rumah adat dengan atap tinggi menjulang sampai 30 meter. Itu termasuk rumah adat tertinggi di Sumba.


Selain itu, lanskap kampung Ratenggaro benar-benar membuat pengunjung kerasan. Membungkus rumah-rumah adat penduduk, terdapat padang rumput luas yang bersanding dengan pantai.


Kampung Adat Prai Ijing


Kampung adat yang satu ini lebih modern lagi. Sudah ada listrik, meski tidak menerangi seluruh rumah. Ada pula televisi yang merupakan sumbangan gereja setempat, untuk menonton bersama.


Maklum, kampung Prai Ijing memang terletak dekat kota Waikabubak, ibu kota Sumba Barat. Modernitas telah menyentuh masyarakatnya. Namun, suasana tradisional masih kental terasa.


Itu terlihat dari rumah penduduknya yang masih mengikuti adat Sumba. Atap-atap tinggi rumbia bersatu dengan bilah-bilah bambu. Penduduk juga masih menenun dengan cara tradisional.


Kampung Oro Suku Lobo


Ini merupakan kampung asli desa Oro, Sumba Barat. Beberapa waktu lalu, sempat terjadi keributan sampai jatuh korban. Namun, tak perlu takut. Masyarakat kampung Oro ternyata ramah.


Mereka suka bercerita soal apapun, termasuk sejarah kampung dan kebiasaan penduduknya. Mereka juga tak keberatan orang asing datang menilik kesehariannya yang sederhana. (ren)