Penyakit Langka, Remaja 15 Tahun Berwajah Renta




Zara Hartshorn seperti berusia 45 tahun, padahal masih 15 tahun. (ign)




Zara Hartshorn seperti berusia 45 tahun, padahal masih 15 tahun. (ign)



VIVAlife - Saat remaja di Inggris berupaya mematangkan penampilan dengan polesan riasan agar boleh masuk ke klub malam, yang terjadi pada Zara Hartshorn justru sebaliknya. Ia berusaha keras agar wajahnya tampak lebih muda.

Secara penampilan, Zara memang seperti wanita berusia 45 tahun. Wajahnya dipenuhi keriput. Giginya mulai keropos. Namun sebenarnya, ia hanya gadis remaja berusia 15 tahun. Ia menderita lipodistrofi, penyakit langka yang membuatnya satu dekade lebih tua dari kawan sebayanya.


Cacat genetik itu menjangkiti hanya sekitar 30 orang di Inggris. Ironisnya, dalam keluarga Zara tak sendiri. Ibunya, Tracey dan kakaknya, Jolene juga menderita penyakit yang sama.


Tulang mereka meluruh, jaringan lemak di bawah permukaan kulit pun perlahan hancur. Itu yang menyebabkan mereka mengalami penuaan dini.


Zara sendiri telah bertahun-tahun bergelut dengan penyakitnya. Sewaktu kecil, ia habis dicemooh kawan-kawan sebayanya. Ia disebut berwajah nenek, dan tak jarang menjadi objek pelampiasan emosi. Bukan ditertawai, Zara juga kerap dipukuli.


Pertama masuk sekolah, ia disangka seorang guru. Ia juga pernah diusir dari bus sekolah karena tak bisa membuktikan bahwa dirinya masih berusia sekolah. Jika ia mengenakan seragam, orang-orang akan tertawa karena mengiranya salah kostum.


“Kadang itu membuat saya benar-benar marah. Saya hanya mencoba melakukan hal normal seperti yang dilakukan anak 15 tahun lainnya,” ia mengungkapkan, seperti dikutip Mirror. Ia mengakui, hidup dengan lipodistrofi membuat hari-harinya begitu kejam.


“Saya sempat merasa ingin mati saja,” katanya melanjutkan.


Tak heran Zara ingin melakukan apapun agar wajahnya tak menua. Tahun 2010, ia menyuntikkan kolagen agar keriput di wajahnya menghilang. Awalnya, wajah Zara terlihat lebih kencang. Namun tak lama ia kembali menua.


Tak dipungkiri, hatinya begitu sakit saat menyadari upayanya mengencangan kulit gagal. Kelak, Zara ingin mencoba facelift untuk menghilangkan kerutan di bawah dagu dan sekitar mata.


Perlahan namun pasti, Zara pun bisa menerima pahit hidupnya. Ia mendapatkan lingkungan yang mulai menerimanya saat menginjakkan kaki di sekolah menengah. Ia mencintai dirinya sendiri, bahkan mulai berani bermimpi. Selepas sekolah, gadis itu ingin menjadi seorang terapis kecantikan.


Kini, hidup Zara lebih positif. Ia bahkan mengaku tak kesulitan mendapat kekasih. “Saya punya beberapa teman dekat, dan mereka mengatakan tidak peduli soal penampilan saya. Mereka lebih melihat kepribadian saya,” katanya.