Dokter: Belum Ada Jaminan Schumacher Pulih Total




Michael Schumacher diprediksi akan mengalami kerusakan otak permanen. (Zimbio)




Michael Schumacher diprediksi akan mengalami kerusakan otak permanen. (Zimbio)



VIVAlife - Pekan lalu, ada kabar menggembirakan soal kondisi Michael Schumacher. Perlahan, ia mulai disebut pulih dari koma. Schumi, sapaan Schumacher, mampu mengedip dalam sebuah tes otak.


Meski mengarah pada perkembangan positif, dokter menegaskan itu belum apa-apa. Belum ada jaminan Schumi akan segera sadar dan pulih seratus persen dari komanya.


Profesor Heinzpeter Moecke, Kepala Instalasi Darurat di Hamburg menyebutkan, saat ini tim dokter masih berupaya menangani pria yang meraih jawara F1 sebanyak tujuh kali itu.


“Anestesi yang diberikan mulai dikurangi. Dokter juga memperluas tes refleks untuk tubuhnya. Itu memastikan saraf yang mengalir ke otak dan kembali ke otot masih berfungsi,” ujar Moecke, dilansir Daily Mail.


Pengurangan anestesi, dilakukan untuk menghindari kemungkinan Schumi sulit terbangun nantinya.


Pria yang baru melewati usia 45 tahunnya di rumah sakit itu juga “diserbu” serangkaian tes neurologis. Setiap hari, persendian dan anggota tubuh Schumi pun dipijat untuk mencegah kekakuan otot.


Namun, suhu tubuh pembalap asal Jerman itu masih dijaga pada 34 sampai 35 derajat Selsius.


Serangkaian tes


Dr Clemens Pahl, ahli trauma otak di King’s College Hospital London menjelaskan, jika dokter mulai berupaya membangunkan pasien dari kritis, artinya mereka melihat berkurangnya tekanan pada tempurung otak Schumi.


“Tapi bukan berarti pembengkakan di otaknya berakhir. Dokter juga masih harus terus memberikan obat,” katanya. Ia melanjutkan, pasien cedera otak memang agak lama “terbangun” dari kritis.


Untuk memastikan pasien benar-benar telah melewati masa kritis, ia harus mampu merespons perintah dasar dokter. Misalnya, mengangkat tangan. Sedangkan Schumi baru sekadar berkedip.


Selain itu, Dr Anthony Strong seorang ahli bedah saraf di King’s College Hospital menambahkan, serangkaian tes juga masih diperlukan.


Setelah obat penenangnya luntur, misalnya, Schumi harus dites apakah bisa bernapas sendiri, mengatakan “halo”, mengingat memori, sampai mengenali keluarga dan diri sendiri.


Stimulus ringan seperti menekan alis dengan lembut juga diperlukan, untuk mengetahui apakah pasien telah mampu merespons rasa nyeri. Jika nyeri dan suara saja tak dapat direspons, para ahli memprediksi adanya kerusakan otak permanen.


Kerusakan permanen


Dr Tipu Aziz, ahli bedah saraf dari Oxford University membenarkan hal itu. “Mengingat lamanya ia dirawat intensif, jelas cedera kepalanya sangat parah. Terlalu dini untuk menyimpulkan ia akan pulih seratus persen. Saya kira akan ada semacam kerusakan permanen,” ujarnya.


Seperti diketahui, Schumi menderita cedera kepala setelah kecelakaan saat bermain ski, 29 Desember 2013 lalu. Ia memang dikenal cukup ekstrem saat mengemudi, meski dengan begitu ia jadi dikenal sebagai juara dunia di reli balap.