Olah Ubi Jalar, Mahasiswa IPB Juara Kompetisi Pangan Dunia




Tim mahasiswa IPB menang kompetisi pangan internasional. (VIVAlife/Tasya Paramitha)




Tim mahasiswa IPB menang kompetisi pangan internasional. (VIVAlife/Tasya Paramitha)



VIVAlife - Mahasiswa Indonesia kembali menuai prestasi membanggakan di kancah internasional. Dua tim mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sukses memborong penghargaan di kompetisi pangan dunia yang digelar Institute of Food Technologists Student Associations (IFTSA) di McCormick Place Chicago, Amerika Serikat, pada 13 hingga 16 Juli 2013 lalu.


Dalam kompetisi bertema Developing Solutions for Developing Countries Competition itu, tim pertama yang terdiri dari Ardiyansah Mallega, Stella Denissa dan Alvianer Leonita dengan inovasi Masoca-Ball berhasi meraih juara kedua. Sedangkan juara ketiga diraih tim kedua IPB yang beranggotakan Veni Issani, Cynthia dan Jian Septian dengan inovasi mereka yang diberi nama Sweepo.


Sementara itu juara pertama diraih tim dari EnterTEIN yang beranggotakan enam orang mahasiswa pascasarjana dari Universiti Putra Malaysia. Kedua produk yang dikembangkan, baik Masoca-Ball dan Sweepo adalah konsep produk pangan baru yang ditujukan sebagai makanan suplemen bagi penderita HIV.


"Kedua produk ini bukan untuk mengobati, namun berfungsi untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pada penderita HIV," ucap Veni Issani mewakili timnya ketika ditemui saat konferensi pers di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa malam, 23 Juli 2013.


Sweepo merupakan biskuit yang terbuat dari ubi jalar dan kacang red kidney sebagai bahan dasarnya. Biskuit ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan gizi dan kondisi kesehatan yang buruk bagi penderita HIV khususnya anak-anak di Papua. Seperti diketahui ubi jalar banyak terdapat di Papua.


Sedangkan Masoca-Ball adalah camilan berbahan dasar tepung jagung atau tepung maizena yang merupakan alternatif suplemen untuk membantu para penderita HIV di negara-negara berkembang dengan mengambil kasus di Nigeria. Seperti yang diketahui, Nigeria adalah negara dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbesar kedua di Afrika, setelah Afrika Selatan.


Camilan bernutrisi tersebut juga terbuat dari campuran tepung kedelai, wortel, kacang-kacangan, gula dan telur. Selain karena mengandung vitamin A yang tinggi, jagung dan wortel dipilih karena termasuk sumber pangan yang banyak tersedia di negara bagian Benue, Nigeria.


Penderita HIV memiliki sistem imun yang sangat rendah. Oleh karena itu kedua produk ini dilengkapi dengan vitamin A yang berasal dari betakaroten ubi jalar atau wortel.


"Vitamin A berfungsi untuk meningkatkan sistem imun, sehingga dapat meningkatkan kesehatan penderita HIV," ujar Alviane.


Mewakili timnya, ia juga mengatakan bahwa inovasi penganan bergizi tersebut dibuat khusus bagi anak-anak. Rasanya yang manis juga diharapkan akan disukai anak-anak penderita HIV yang jika mengonsumsi panganan itu maka daya tahan tubuhnya meningkat sehingga penyakitnya tidak masuk menjadi AIDS.


Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Dr. Feri Kusnandar MSc selaku dosen pembimbing para mahasiswa yang berkompetisi menjelaskan bahwa kompetisi pangan antarbangsa diadakan untuk menggali konsep dan pemikiran para mahasiswa akan permasalahan pangan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang.


"Walaupun masih merupakan konsep, kami berharap akan ada industri yang dapat mengembangkannya agar inovasi tersebut dapat dijangkau oleh semua anak-anak yang menderita HIV," ujar Feri.