Baptiste Dubanchet. (CNN)
Baptiste Dubanchet. (CNN)
VIVAlife - Jika berkesempatan keliling Eropa, wisata macam apa yang Anda pilih? Berkelana memuja alam, seni, sejarah, atau berbelanja? Apapun pilihan Anda, tidak akan seperti Baptiste Dubanchet.
Pemuda 24 tahun asal Prancis itu menyelami tempat sampah demi tempat sampah di Eropa. Dari Paris, ia ke Luksemburg, Belgia, Belanda, Jerman, hingga Republik Ceko. 10 Minggu sudah di melancong.
Yang menarik, Dubanchet hanya mau makan dari tempat sampah. Ia berkubang dengan limbah makanan untuk menemukan yang masih layak konsumsi, demi menyoroti masalah sampah di Eropa.
Setelah berminggu-minggu bersepeda sejauh tiga ribu kilometer, Dubanchet tak percaya ia berhasil. “Aku pikir akan kelaparan dalam empat atau lima hari, lalu harus membeli sesuatu,” ujarnya pada CNN.
Ia terkejut saat saat menemukan banyak produk masih layak konsumsi saat mengais sampah. Mantan pekerja di restoran cepat saji itu bahkan bisa belajar kebiasaan warga Eropa membuang sampah.
Di Ceko, katanya, misinya nyaris gagal karena sulitnya mencari makanan di tempat sampah. Dubanchet yang selalu meminta izin terlebih dahulu sebelum mengais sampah, selalu dikira seorang tunawisma. Tempat sampah di beberapa supermarket di sana pun dikunci.
Namun saat sampai ke Jerman, ia seperti menemukan surga. Bukan karena banyak yang membuang sisa makanan ke tempat sampah, melainkan keterbukaan masyarakat atas misi sosial Dubanchet.
Di Luksemburg, Dubanchet lebih beruntung. Ia dan misinya, diperkenalkan ke sebuah sekolah. Dari kantinnya ia mendapat banyak sisa makanan. Di Praha, ia mendapat seporsi makanan lezat, gratis.
Namun yang lebih penting dari kesuksesan misi itu, adalah menunjukkan pada dunia betapa masyarakat banyak membuang-buang makanan. Terbukti, Dubanchet pernah menemukan sebotol madu dan aprikot kering, sekotak telur berisi 12 butir, serta beberapa makanan kaleng yang masih bagus.
Perjalanan melancong ala Dubanchet itu dilakukan berbarengan dengan Uni Eropa merilis “Year Against Food Waste”. Cara protes Dubanchet pun sejalan dengan isu itu. Ia lantas dielu-elukan.
“Kita banyak membuang sumber yang baik. Ada banyak air, energi, dan polusi yang bisa membuat sesuatu berakhir di tempat sampah. Sementara, ada pula jutaan orang yang kelaparan,” tandasnya. (umi)