Divonis Meninggal Dunia, Wanita Ini Bertahan karena Cinta




Christine Bryden bahkan menjadi motivator dunia. (Christine Bryden)




Christine Bryden bahkan menjadi motivator dunia. (Christine Bryden)



VIVAlife - Saat didiagnosis menderita alzheimer, tahun 1995, hidup Christine Bryden hancur. Ibu tiga anak itu masih berusia 46. Namun, ia divonis tidak akan bisa hidup setelah delapan tahun.


Pernyataan dokter itu mengejutkan Christine. Ia hanya melakukan pemindaian otak untuk memeriksakan stres dan migrain ekstrem yang dijalaninya.


Hasilnya ternyata mengerikan. Dokter menyarankannya pindah ke panti jompo dalam lima tahun, untuk “menyambut” mautnya tiga tahun kemudian.


“Saya benar-benar ngeri, tak percaya itu bisa terjadi pada usia muda,” ungkapnya.


Tak ingin dikuasai rasa takutnya, Christine menulis. Bukunya berjudul Who Will I Be When I Die, diterbitkan. Di sana, ia mengungkapkan kekhawatiran meninggal tanpa tahu identitasnya.


Di kepalanya, begitulah nasib penderita alzheimer. Memori dan otaknya perlahan rusak. Ia mungkin akan melupakan segalanya.


Tak dinyana, buku itu mengubah hidupnya. Christine jadi lebih positif. Yang lebih penting, tiga tahun setelah didiagnosis dokter, ia bertemu seseorang, Paul. Keduanya berkencan dan menjalin cinta.


Asmara mereka berakhir di pelaminan. Paul benar-benar membuat Christine jatuh cinta. Ia tahu penyakit kekasihnya, namun memilih tetap berada di sisi Christine untuk mendukungnya.


“Dia membiarkan saya melakukan yang saya bisa, bukan menjadi pengasuh saya,” kata Christine bangga.


Nyatanya, cinta mengubah hidup wanita asal Australia itu. Setelah menikah dengan Paul, ia jauh lebih bahagia dan positif. Christine bahkan menulis satu buku lagi, Dancing With Dementia.


Lebih dari itu, Christine kini menjadi motivator. Ia berbicara soal penyakitnya dan bagaimana ia mencengangkan dunia medis dengan pikirannya yang positif. Hingga kini, ia telah memotivasi masyarakat Inggris, Prancis, Israel, Afrika, Brasil, Taiwan, Korea, sampai Turki.


“Saya tidak tahu mengapa bisa bertahan. Saya hanya ingin berusaha keras,” tuturnya.


Tapi, tak peduli seberapa keras Christine mencoba, otaknya tetap digerogoti penyakit. Perlahan, itu tetap hancur.


Meski begitu, Christine tetap bahagia ia pernah mengalahkan alzheimer selama 20 tahun lebih. (one)


Sumber: Daily Mail