Sekolah Ceria, Cara Usir Trauma Anak Korban Banjir




Banjir bisa berdampak buruk terhadap mental anak. (VIVAnews/Alfin Tofler)




Banjir bisa berdampak buruk terhadap mental anak. (VIVAnews/Alfin Tofler)



VIVAlife - Banjir masih mengepung Jakarta. Ratusan keluarga harus mengungsi karena air merendam rumah mereka. Dewasa sampai anak-anak, berkumpul jadi satu di lokasi pengungsian. Mereka kehilangan harta, bahkan tak bisa bersekolah.


Menurut Alissa Wahid, psikolog anak dan keluarga, bencana banjir rentan mengganggu perkembangan mental anak. Sebab, proses berpikir mereka belum matang. Untuk itu, anak-anak butuh trauma healing. Menurut Alissa, itu bisa dilakukan di mana saja.


Salah satu trik yang bisa dilakukan, mendirikan Sekolah Ceria bagi anak korban banjir. “Sekolah ceria merupakan langkah positif menguatkan mental anak. Membuat distraksi atau pengalihan dan training yang kontinyu,” kata Alissa pada VIVAlife, Senin, 20 Januari 2014.


Aktivitas itu di antaranya dilakukan di Halte TransJakarta Jembatan Baru, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Lokasinya persis di di seberang posko pengungsian di Jalan Outer Ring Road Pasar Sentra Kaki 5 DWA.


Daerah sekitarnya masih “lumpuh” lantaran luapan air sungai yang menggenang. Sebagian warga setempat akhirnya mengungsi, termasuk 25 anak-anak. Mereka lah yang menjadi sasaran untuk diajak bermain agar penat hilang dan tak trauma.


Saat ditemui di lokasi, Manager Sustainable Development Dompet Dhuafa sekaligus pendiri Sekolah Ceria, Iwe mengatakan, programnya dilakukan di hampir semua Posko Banjir Dompet Dhuafa. Dibantu relawan, ia mengajak anak-anak tetap ceria meski dalam bencana.


“Kami berharap adanya sekolah ceria ini dapat mengalihkan perhatian anak-anak untuk tidak bermain di tempat yang kurang bersih dan genangan air yang rentan penyakit. Aksi ini juga bisa berdampak pada psikososial,” ujar Iwe. (umi)