Seorang warga keturunan Tionghoa sedang melakukan ibadah di Klenteng Petak 9 Glodok Jakarta Barat,(30/12/2011). (VIVAnews/Fernando Randy)
VIVAlife - Menjelang perayaan Tahun Baru China atau Imlek pada 31 Januari 2014, para perajin hio di Demak, Jawa Tengah, kebanjiran pesanan. Tingginya pesanan ini pun memaksa para perajin bekerja lembur.
Seorang perajin hio di Desa Waru, Mranggen, Jawa Tengah, Suparno mengaku mengejar target pesanan lebih dari 500.000 hio. Artinya, ia harus memproduksi hingga 5.000 hio setiap harinya.
Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan Klenteng di Semarang, hio buatan Suparno juga dipesan pengelola Klenteng di sejumlah kota di Jawa Tengah dan Yogyakara.
Meski demikian, Suparno mengeluh bahwa dalam setahun terakhir, hio buatannya harus bersaing dengan hio impor. Oleh karena itu, jumlah produksi lidinya terpaksa dikurangi. Hio dijual dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp175-Rp1.000 per batang.
Hio dibuat dengan menggunakan bahan dari kayu khusus yang didatangkan dari Gresik, Jawa Timur, agar mudah menyala saat dibakar. Bagian luar hio diberi serbuk kayu untuk memberikan aroma menyengat.
Serbuk kayu ini dicampur dengan kemenyan, sesuai dengan pesanan. Hio kemudian dicat warna merah. Proses selanjutnya, hio dijemur hingga kering dan siap dipasarkan. (eh)
Laporan: Syamsul Arifin | ANTV Demak