Ini yang Terjadi pada Otak Michael Schumacher Paska Kecelakaan Ski




Michael Schumacher kecelakaan saat bermain ski. (Channelnewsasia.)




Michael Schumacher kecelakaan saat bermain ski. (Channelnewsasia.)



VIVAlife - Michael Schumacher, seorang legenda Formula 1, kecelakaan saat bermain ski di Perancis, Minggu, 29 Desember 2013. Ia langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat dengan helikopter. Ia mengalami cedera kepala serius.


Schumi, nama tenar Michael Schumacher, sempat pulih dengan cepat. Ia bahkan bisa berbincang dengan petugas medis. Namun kini, kondisinya kritis. Meski memakai helm, kepalanya memang sempat membentur batu.


Mengutip laman Daily Mail, yang dialami Schumi merupakan salah satu ciri khas cedera otak mematikan. Setelah benturan, penderitanya akan merasa baik-baik saja. Tak ada gejala yang secara langsung mengarah ke trauma.


Kurangnya reaksi itu, disebut lucid interval. Sayangnya, itu bukan pertanda seseorang baik-baik saja. Itu justru terjadi karena kondisi paling serius dari cedera otak yang dialaminya.


Jika penanganannya terlambat, akibatnya bisa fatal. Sebab, otak sebenarnya mengalami pendarahan. Tak ada penanganan membuat darah menumpuk di antara otak dan tengkorak. Jaringan otak pun mendapat tekanan ekstrem.


Kondisi itu disebut hematoma epidural.


Itu ternah terjadi dalam kasus Natasha Richardson. Tahun 2009, aktris itu juga mengalami kecelakaan saat belajar ski di Kanada. Karena tak menggunakan helm, kepalanya terbentur. Sesaat setelahnya, Richardson tertawa dan bangkit dari jatuh.


Ia menolak menemui dokter karena merasa baik-baik saja. Tapi satu jam kemudian, ia mengalami nyeri di kepala. Barulah Richardson dilarikan ke rumah sakit. Saat itu diketahui, pendarahan telah menyebabkan kerusakan otak yang signifikan. Ia meninggal dua hari kemudian.


Hematoma epidural, sebenarnya bisa diatasi. Asal, penanganannya segera. Jika pendarahan di otak masih tergolong ringan, operasi medis bisa dilakukan. Darah bisa diangkat untuk mengurangi tekanan pada otak.


Tak hanya kecelakaan


Pendarahan otak seperti yang dialami Schumi dan Richardson, sebetulnya tak hanya disebabkan kecelakaan. Rokok dan obat-obatan terlarang pun bisa menyebabkannya. Pendarahan otak bisa mengakibatkan stroke, karena sirkulasi normal terganggu dan otak kekurangan oksigen.


Saat pendarahan menekan tengkorang otak, yang terjadi selanjutnya adalah adanya aliran cepat darah “membanjiri” keseluruhan otak. Akibatnya, otak rusak.


Mengutip Live Science, ada pula yang disebut subarachnoid, yakni ketika pendarahan terjadi pada ruang kecil di antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak. Namun dari semua kasus stroke, kondisi itu hanya terjadi tiga persen.


Gejala pendarahan otak datang dengan tiba-tiba. Pada kondisi normal yang tidak disebabkan kecelakaan, penderitanya akan merasa sakit kepala hebat, mendadak cadel, mengalami masalah penglihatan, muntah, sampai kejang dan lumpuh.


Jika terlambat ditangani, akan mematikan. Kerusakan otak, ditentukan ukuran pendarahannya. Bagaimana kondisi pembengkakan dalam tengkorak otak, dan seberapa cepat pendarahannya dapat dikendalikan. Sebagian bisa sembuh total, namun ada yang akhirnya mengalami cacat permanen. (eh)