Tindik Lidah Magnetik Ini Bisa Gerakkan Kursi Roda Listrik




Jason Disanto, pasien lumpuh sedang dipasangi tindik magnetik di lidahnya. (REUTERS/Gary Meek/Shepherd Center/Handout via Reuters)




Jason Disanto, pasien lumpuh sedang dipasangi tindik magnetik di lidahnya. (REUTERS/Gary Meek/Shepherd Center/Handout via Reuters)



VIVAlife - Selama ini, 250 ribu pasien lumpuh dari leher ke bawah di Amerika seakan tak punya harapan. Meski sudah ada kursi roda, mereka tetap tak bisa bergerak mandiri.


Para ahli kemudian menciptakan terobosan baru. Mereka bisa menggerakkan kursi roda hanya dengan menjentikkan lidah.


Tim peneliti dari Atlanta dan Chicago meletakkan tindik magnetik pada lidah pasien lumpuh. Tindik itu berfungsi seperti joystick pada video game.


Ketika pasien menggerakkan lidahnya, mereka juga mengarahkan kursi roda. Persis seperti bermain remote control. Untuk mengontrol kecepatannya, tinggal mengetukkan lidah ke pipi dengan perlahan.


Bagaimana cara kerjanya? Sebuah headset bertugas mendeteksi posisi lidah ketika pengguna menjentikkan tindik magnetiknya. Misalnya, ketika lidah menyentuh gigi kanan, kursi roda akan bergerak ke kanan.


Lidah itu sendiri telah dipasangi tindik kecil dengan medan magnet. Saat lidah digerakkan, medan magnet bereaksi. Itulah yang dikirimkan ke headset.


Headset itu akan memberi sinyal pada ponsel pintar yang dibawa pasien. Kemudian, sebuah aplikasi akan memberikan perintah pada kursi roda atau kursor komputer, untuk bergerak.


Lidah, sengaja digunakan karena cenderung fleksibel dalam bergerak. Kebanyakan pasien cedera tulang belakang atau penyakit neurologis lain yang melumpuhkan, setidaknya masih bisa menggerakkan lidah.


Lagipula, sinyal motorik dari otak banyak terkirimkan ke mulut dan lidah, selain jari-jari. Percobaan pertama dilakukan pada 11 pasien lumpuh di pusat rehabilitasi Chicago dan Atlanta.


Hanya dengan 30 menit berlatih, mereka langsung bisa memindahkan kursor komputer, menunjuk objek di layar laptop, bermain video game, dan melakukan panggilan telepon.


Setelah membiasakan diri selama seminggu, kecepatan kemampuan mereka meningkat tiga kali. Mereka bisa menggerakkan kursi roda sejauh 50 meter dengan 13 putaran, 24 rintangan, dan sesekali berhenti saat mendengar aba-aba “Stop!”.


Jason Disanto


“Ini lebih dari sekadar pengontrol kursi roda. Ini adalah sistem kemandirian,” komentar Jason Disanto (39), pasien lumpuh dari leher ke bawah sejak tahun 2009, seperti dilansir laman Reuters.


Menurutnya, ini merupakan inovasi yang paling baik dari beberapa teknologi sebelumnya. Seperti didedikasikan khusus untuk pasien lumpuh parah.


Mereka tak bisa mengoperasikan joystick, seperti teknologi yang belakangan ini ditawarkan. Mereka juga tak bisa memanfaatkan mode perintah suara. Sebab, suara pasien lumpuh parah terkadang begitu lemah.


Komputer yang menerjemahkan gelombang otak menjadi sinyal listrik pun membutuhkan konsentrasi penuh, sesuatu yang juga sulit dilakukan.


Sedangkan teknologi ‘sip-and-puff’ pada kursi roda listrik, hanya membatasi gerak pada maju, mundur, kiri, dan kanan. Lagipula, itu lambat dan tidak praktis.


Karena itulah tindik magnetik menjadi teknologi terbaru yang paling sempurna. Ia sudah melalui lima tahun penelitian.


Namun, Insinyur Maysam Ghovanloo dari Georgia Institute of Technology di Atlanta masih ingin menyempurnakan alat ciptaannya. Ia dan timnya ingin ‘mengenyahkan’ headset dari kepala pasien.


Ia tengah mengupayakan penerima sinyal yang bisa diletakkan di dalam mulut, seperti retainer pada gigi.


Ke depannya, teknologi yang sama juga bisa digunakan untuk mengontrol perangkat rumah tangga, seperti lampu atau sistem pemanas dan pendingin.


Saat ini, tindik magnetik baru diuji di laboratorium. Ghovanloo dan tim juga sedang berupaya mengomersilkan alat itu. (umi)