Waspada Trombosis Pasca Operasi Ortopedi




Orthopedi (istanbulcerrahi)




Orthopedi (istanbulcerrahi)




VIVAlife - Trombosis atau penggumpalan darah termasuk dalam golongan penyakit sillent killer karena sumbatan darah muncul tanpa gejala, dan dapat terjadi di bagian tubuh manapun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pakar Hematologi dan Onkologi Medik dari RSCM-FKUI, Prof dr Karmel Lidow Tambunan, SpPd, K-HOM menunjukkan, 61,5 persen pasien pasca operasi mengalami Deep Vein Thrombosis (DVT) atau trombosis vena.


Ada 13 dari 17 pasien yang diteliti dalam penelitian tersebut bersedia melakukan venografi, pemeriksaan radiografi dari sistem vena. Dari responden yang bersedia tersebut, delapan dinyatakan mengalami DVT dan hanya satu yang bergejala.


"Gejala DVT pada kaki misalnya, mulai dari bengkak, perubahan warna, timbul rasa sakit atau nyeri, hingga fungsinya berkurang," papar profesor Karmel saat ditemui dalam acara Pemberian Obat Golongan Tromboprofilaksis dari Pfizer, Minggu 6 Oktober 2013.


Namun yang harus diketahui, salah satu risiko terbesar trombosis adalah pasca operasi besar atau operasi ortopedi.


Operasi ortopedi seperti pergantian sendi lutut total (Total Knee Replacement) dan pernggantian sendi panggul total (Total Hip Replacement) menjadi hal penting seiring peningkatan jumlah penduduk usia tua. Bukan hanya itu, juga karena adanya penyakit degeneratif yang memicu timbulnya penyakit sendi, osteoarthitis.


"Operasi itu paling sering dilakukan pada pasien berusia 60-65 tahun. Dan setiap pembedahan memiliki risiko terjadinya DVT yang tinggi," kata dr. Andri Lubis, Sp.OT (K) dari Departemen Orthopaedi dan Traumatologi FKUI/RSCM.


Alasannya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tentu hal tersebut tak cukup hanya dengan melakukan operasi, untuk mencegah datangnya penggumpalan darah atau trombosis, pasien perlu diberikan tromboprofilaksis atau antikoagulan.


"Itu adalah obat anti penggumpalan darah, tanpa mengakibatkan risiko pendarahan di kemudian hari. Umumnya obat tersebut dimininum setelah 12 jam pasca operasi. Di hari kemudian, pasien wajib melakukan mobilisasi (belajar berjalan) untuk melenturkan otot," tambah Andri. (sj)