Ilustrasi tenis. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Ilustrasi tenis. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
VIVAlife - Olahraga tenis memang kurang populer di Indonesia. Namun, ternyata, kehebohan Wimbledon di Inggris beralasan. Kegandrungan masyarakat setempat akan tenis, diperkuat oleh alasan medis.
Menurut penelitian, bermain tenis dapat memperkuat tulang lengan hingga 63 persen. Peneliti yang bekerja sama dengan Lawn Tennis Association mengujicoba 138 petenis, dari usia 10 hingga 90 tahun.
Di LTA British Open Veterans Indoor Championship, British Open Veterans Clay Court Championship, dan LTA British Junior Championship, petenis melakukan CT Scan mulai lengan atas hingga bawah.
Ditemukan, tulang lengan atas yang digunakan petenis untuk memegang raket rata-rata lebih besar 40 persen dibanding lengan yang berlawanan. Pada beberapa kasus, pembesaran sampai 63 persen.
Agar maksimal, bertenislah sejak dini. Sebab, pada orang yang baru bertenis di usia dewasa, saat pertumbuhan tulang sudah berhenti, efeknya lebih sedikit dibanding yang bertenis sejak anak-anak.
Pembesaran tulang juga lebih berefek pada pria ketimbang wanita.
Pemimpin penelitian dari Manchester Metropolitan University, Alex Ireland menjelaskan, servis dan memukul bola saat tenis menghasilkan kekuatan besar yang memutar serta menekan tulang.
“Tulang beradaptasi dengan kekuatan-kekuatan yang tidak biasa, sehingga akhirnya berkembang,” katanya dalam Huffington Post. Selain lengan atas, tulang di pergelangan tangan juga lebih kuat.
Saat beranjak tua, tulang di bagian itu mudah rapuh. “Manusia kehilangan massa tulang sekitar 15 hingga 20 persen di lengan, antara usia 20 sampai 90 tahun. Namun, tenis bisa melawan itu,” lanjut Alex.
Ia menerangkan, perbedaan kedua lengan pada orang yang bukan petenis, akan lebih tak kentara. Mereka hanya menggunakan salah satu lengan yang dominan untuk menulis atau membawa tas.
Namun, beban berat saat bertenis membuat perbedaan kedua lengan mereka terlihat hingga 10 kali. (art)