Berbuka dengan Menu Kaya Rempah Khas Aceh




Membuat Kanji Rumbi untuk berbuka puasa. (VIVAlife/Zulfikar HuseinZulfikar Husein (Lhokseumawe))




Membuat Kanji Rumbi untuk berbuka puasa. (VIVAlife/Zulfikar HuseinZulfikar Husein (Lhokseumawe))



VIVAlife - Salat berjamaah baru saja dituntaskan. Doa baru selesai dipanjatkan. Namun, puluhan orang sudah mengantre di depan sebuah tenda di halaman masjid Islamic Center, Lhokseumawe, Aceh.

Pemandangan seperti itu hanya terjadi setahun sekali. Tepatnya, saat bulan Ramadan tiba.


Mereka tengah menunggu hidangan manis khas Aceh, Kanji Rumbi. Bubur tradisional itu menjadi salah satu hidangan terlezat bagi masyarakat lokal. Cocok disantap sebagai menu utama berbuka puasa.


Dari jarak lima hingga 10 meter, wangi tulang daging sapi yang berpadu dengan harum rempah-rempah sudah tercium. Aroma khas itu salah satu alasan Kanji Rumbi menjadi makanan khas Serambi Mekkah.


Sekilas, wujudnya mirip bubur ayam. Namun, ada penambahan udang, tulang daging sapi atau lembu, dan bumbu dari rempah-rempah. Itu yang membuat Kanji Rumbi berbeda dari bubur ayam biasa.


“Bahan utamanya beras, kemudian udang, ayam kampung disuwir-suwir, tulang daging lembu, dan rempah-rempah,” ujar Abdul Azis Ibrahim, pembuat Kanji Rumbi di Masjid Islamic Center Lhokseumawe.


Pria 56 tahun itu menyebut, Kanji Rumbi nikmat karena bumbunya terdiri atas beraneka rempah: bawang merah, bawang putih, jahe, serai, garam, daun sup, bawang perei, merica, dan buah pala.


Kemudian, lanjutnya, ditambahkan pula minyak goreng, buah kapulaga, kulit kayu manis, cengkih, bunga lawang India, ketumbar, jintan manis, air, dan santan.


“Semua dicampur kemudian diaduk hingga jadi,” jelasnya pada VIVAlife.


Memasak Kanji Rambi butuh waktu sekitar 3,5 jam. Caranya tidak sembarangan. Mengaduknya tidak boleh berhenti, dari sejak dimasak, hingga Kanji Rumbi benar-benar matang. Jika adukan berhenti, cita rasa nikmat yang didapat tidak akan merata. Kanji pun akan lengket.


Dijumpai saat sedang mengantre, Armia, seorang warga Lhokseumawe mengaku gandrung akan Kanji Rumbi. Setiap tahun ia rela antre dan mendapatkannya untuk hidangan berbuka bersama keluarganya.


“Hampir setiap hari mengambil. Rasanya lezat, gurih, banyak rempah-rempah jadi sangat baik untuk pencernaan dan bagus untuk kesehatan,” kata Armia.


Hari semakin sore, senja makin menjelang. Antrean pun semakin panjang. Bubur Kanji Rumbi baru dibagikan sekitar pukul setengah enam sore. Hampir setiap masjid di Aceh menyediakannya.


Kanji Rumbi dimasak langsung, dalam tungku besar dengan uap mengepul.


“Kami mulai dari hari kedua Ramadan sampai hari terakhir puasa,” kata Abdul Azis. Namun, panitia tidak akan membagikan makanan khas nan lezat itu kepada perempuan yang mengantre dengan celana ketat. (art)