Rahasia Tubuh Bugar Crossfit




Ilustrasi olahraga kebugaran. (istock)




Ilustrasi olahraga kebugaran. (istock)



VIVAlife - Kelihatannya sepele: mengangkat galon, mendorong mobil mogok, atau memindahkan lemari. Namun ketiganya pekerjaan berat. Rajin berlari di atas mesin treadmill saja tak cukup mendukung tubuh melakukannya.


Crossfit, sebuah olahraga baru menyediakan jawabannya. Rutin membiasakan tubuh dengan itu, dijamin tantangan hidup sehari-hari mudah dilewati. Tak perlu lagi repot mencari tukang pijat setelah angkat-angkat. Semua terasa ringan.


Keunggulan itu yang dibanggakan Oka, seorang pelatih di komunitas kebugaran Crossfit Equator. Ditemui di crossfit box, kawasan Kemang, Jakarta Selatan, pada VIVAlife Oka menjabarkan segudang manfaat crossfit. Yang utama, efektif mendukung kehidupan sehari-hari.


Tujuan utama crossfit, diakui Oka, memang bukan untuk membentuk tubuh. Perut rata, pinggul ramping, lengan berotot, dan bokong kencang bisa didapat dengan mudah jika rutin berlatih kebugaran di sasana. Tapi crossfit lebih dari itu. Yang disasar, efektivitas kehidupan.


“Ibu rumah tangga, enteng mengangkat barang belanjaan. Yang karyawan, kalau lift mati dan harus naik tangga nggak ngos-ngosan. Kalau kebanjiran dan harus angkat lemari, nggak lagi sakit pinggang. Dorong mobil juga nggak pegal-pegal,” Oka menjelaskan.


Dengan sendirinya, lanjut Oka, tubuh pun akan terbentuk secara ideal. Aldi, salah satu pegiat crossfit yang ditemui VIVAlife, mengakui itu. Tiga bulan berlatih, baju-bajunya terasa longgar. Padahal dulu ia termasuk berbadan besar.


“Berat badan tetap, tapi semua pakaian longgar. Berarti kan ada yang berubah,” katanya. Oka sendiri pernah menemukan, seorang pegiat crossfit turun dua kilogram hanya dengan tiga kali sesi berlatih. Maka ia yakin, selain melatih kebugaran, olahraga ini juga mujarab melangsingkan tubuh.


Oka sudah merasakan manfaatnya. Lebih dari dua tahun lalu, ia atlet basket. Namun karena cedera, ia terpaksa vakum selama berbulan-bulan. Saat cederanya mulai pulih, Oka ingin kembali berlatih fisik. Kebetulan, saat itu ia menemukan crossfit.


Dua bulan kemudian, Oka kembali ke lapangan. Mengejutkan, perkembangannya jauh lebih pesat dibanding kawan satu tim yang tetap berlatih basket selama ia cedera.


“Biasanya sudah ngos-ngosan, sekarang masih bernapas biasa. Stamina jauh lebih kuat. Teman-teman sampai bilang, ‘Gila lo, masih kuat aja’,” ceritanya dengan bangga. Bagi dua anaknya di keluarga, Oka juga jadi jauh lebih menyenangkan.


“Saya gendong dua anak ke mal, bawa barang belanjaan, tas, masih kuat. Biasanya sudah minta pulang, sekarang mau jalan ke mana ayo saja, saya turuti,” ia menambahkan. Diyakini Oka, itu karena crossfit. Seminggu, lima hari ia rajin mengolah tubuh.


Gerakan rancak


Kunci olahraga “ajaib” ini ada pada gerakannya. Menurut Oka, gerakan dalam crossfit sangat fungsional, sehingga mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Meski hanya satu jam per hari, gerakannya berintensitas tinggi.


Sebenarnya, yang dilakukan adalah gerakan dasar dalam berolahraga. Misalnya, duduk dan berdiri, mendorong dan menarik, melompat, melempar, berlari, bersepeda, mendayung, atau berenang. Namun seluruh gerakan itu berintensitas tinggi.


Tak seperti sekadar berlatih di sasana kebugaran, gerakan crossfit membakar lebih banyak kalori. “Kalau jogging, saat kita berhenti atau saat kita turun dari mesin treadmill, tubuh juga berhenti membakar,” kata Oka. Namun pembakaran kalori crossfit masih sampai tiga hari kemudian.


“Pulang dari gym, lapar, makan nasi goreng. Itu kalorinya nombok. Tapi setelah crossfit, besoknya kita cuma duduk di kantor nggak masalah,” ia menambahkan.


Terasa memang, tubuh lebih mudah berkeringat meski cuaca tak sedang gerah. Itu artinya, tubuh sedang membakar kalori. Pegal-pegal yang dirasa setelah berolahraga, kata Oka, juga diartikan sebagai proses pembentukan dan perbaikan otot.


Menariknya, gerakan crossfit tak bisa ditebak. Bisa berganti-ganti setiap hari, tergantung pada pelatih. Pegiat yang datang ke crossfit box tidak pernah tahu akan melakukan apa. Yang jelas acuannya ada tiga: gerakan cardio, gymnastic, dan olympic weight lifting.


Karena gerakan yang berbeda-beda, tak ada tingkatan atau level dalam olahraga ini. “Mau setiap hari, mau sering bolos, atau seminggu hanya sekali, tidak akan ‘ketinggalan kelas’. Tapi hasilnya pasti beda, yang lebih rutin berlatih dan yang tidak,” ungkap Oka lagi.


Pegiat olahraga ini juga harus bisa mengukur kemampuan tubuhnya sendiri. Mereka juga yang menentukan apakah kuat meningkatkan intensitas gerakannya. Setiap hari, mereka membuat “rapor” masing-masing. Sehingga, terlihat perkembangan kebugaran tubuh.


Saat VIVAlife mengunjungi crossfit box, gerakan yang sedang dilakukan adalah squad, sit up, dan single under (skipping). Setelah pemanasan selama sekitar 10 menit, pegiat diminta melakukan squad. Dari berdiri, duduk jongkok, posisi push up, lalu berdiri lagi.


Gerakan itu dilakukan selama 20 detik, dan diulang terus sampai delapan ronde. Di sinilah, kata Oka, pentingnya mengatur ritme tubuh. Efeknya nanti, adalah keteraturan ritme napas dan stamina.


“Ada yang berambisi squad sebanyak-banyaknya. Ronde pertama mungkin dapat banyak. Tapi berikutnya langsung lemas. Makanya harus diatur sendiri kemampuannya,” ujarnya.


Setelah squad, pegiat diminta sit up. Itu juga dilakukan selama 20 detik, sampai delapan ronde. Gerakan ketiga, single under. Baru setelah itu pendinginan agar otot tidak kaku atau kram.


Membeli keakraban


Satu hal lagi yang membedakan crossfit dengan olahraga lain. Inilah yang dikejar masyarakat Indonesia. Sederhana: keakraban. Sosialisasi menjadi daya tarik tersendiri dalam crossfit. Meski bisa dilakukan sendirian, olahraga ini menghendaki pegiatnya berkelompok.


Karena itulah, Crossfit Equator mendirikan Fit Camp bagi para pemula yang berminat menggeluti olahraga ini. Setiap hari, siapapun boleh datang. Crossfit Equator sendiri membagi dua kelas, pagi dan sore. Kelas sore, dimulai pukul 18.45 hingga 19.30.


Setelah minimal enam bulan atau 30 kali mengikuti sesi Fit Camp, pegiat akan ditawari “naik kelas” ke crossfit reguler. Intensitas gerakannya lebih tinggi. Lama latihannya juga lebih panjang. Di sesi ini, pegiat juga sudah mulai menggunakan alat, seperti angkat besi.


Kembali ke sesi Fit Camp, pesertanya tak melulu orang yang sama setiap hari. Semua bebas datang dan pergi. Pembayaran dilakukan per sesi. Harga kelasnya Rp50 ribu. “Ada yang bilang itu mahal, ada yang bilang murah. Relatif sih. Ini olahraga untuk siapa saja, kalangan menengah lah,” ucap Oka.


Jika membandingkan Rp50 ribu untuk 45 menit, mungkin terasa mahal. Tapi yang dibeli bukan hanya keringat dan kebugaran. Sekali lagi, keakraban juga menjadi poin penting. Sebab komunitas melahirkan konsekuensi positif: motivasi. Ini penting untuk konsistensi berolahraga.


Karena itu, meski bisa dilakukan tanpa alat dan di rumah saja, Oka menyarankan pegiat crossfit tetap bergabung dalam sesi latihan. “Kalau sendiri itu banyak gangguan. Nonton TV dulu, ngobrol dulu, kalau capai berhenti dulu. Kita juga cenderung memilih latihan hanya yang kita suka,” tutur Oka.


Berbeda dengan berlatih dalam kelompok. Orang jadi lebih termotivasi karena melakukan kegiatan bersama-sama. Melihat kawannya bisa melakukan lebih, seseorang akan terdorong berbuat lebih pula. Apalagi, mereka dihadapkan pada gerakan yang berbeda setiap harinya.


Crossfit memang disiapkan untuk kehidupan sehari-hari. Kita kan nggak tahu akan menghadapi apa. Macet, kerjaan numpuk, kondisi cuaca. Kita harus siap dengan segala hal,” lanjutnya.


Kebersamaan yang ditawarkan crossfit, mengundang setidaknya 10 hingga 15 peserta setiap hari. Tak hanya masyarakat Jakarta. Warga ekspatriat pun berdatangan. Pantauan VIVAlife pada salah satu sesi, terdapat setidaknya empat warga asing dari 10 peserta crossfit.


Sebelum sesi dimulai, seluruh peserta akan mendengar penjelasan dan saling berkenalan. Jalinan keakraban pun terbentuk. Kenalan bertambah. “Ekspatriat banyak yang berminat. Kalau melihat ada warga asing, pengantar yang kita pakai berbahasa Inggris,” Oka menjelaskan.


Meski belum banyak, para selebriti juga mulai berminat menggeluti crossfit. Salah satu yang getol, adalah Ashraaf Sinclair. Suami aktris Bunga Citra Lestari itu bahkan sudah mendapat sertifikat untuk menjadi pelatih seperti Oka.


Tugasnya, memastikan gerakan aman dilakukan dan membenarkan jika ada peserta yang salah. Namun karena kesibukan syuting, tak setiap hari Ashraaf “nongkrong” di crossfit box.


Mantan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Gita Wirjawan, juga mengaku menjalani crossfit untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Intip kegiatan Fit Camp melalui video ini.


Impor dari Amerika


Sedikit menengok ke belakang, crossfit pertama lahir di Amerika. Ia ada sejak sekitar tahun 2001. Sejatinya, ini latihan fisik bagi petugas pemadam kebakaran dan kepolisian. Mereka disiapkan menghadapi tantangan yang berbeda setiap harinya.


“Orang telepon 911, tidak memberi informasi petugas akan mengangkat orang dengan berat badan sekian. Jadi mereka harus siap,” cerita Oka. Tak ada yang pernah tahu kondisi di lapangan.


Mungkin mereka harus mengangkat runtuhan dinding atau kayu lebih dulu untuk menyelamatkan nyawa. Polisi, juga mungkin dihadapkan pada pagar atau dinding tinggi yang harus dilompati untuk mengejar penjahat. Mereka juga harus berlari entah berapa ratus meter.


Kebugaran mereka pun dilatih melalui crossfit.


Makin lama, olahraga ini menjamur. “Sudah seperti minimarket di Indonesia. Jarak 300 sampai 500 meter, ada. Bahkan sudah mulai masuk ke kurikulum sekolah,” lanjut Oka lagi. Itu dilakukan karena tingkat obesitas di dunia melonjak tajam dari tahun ke tahun.


Sebabnya, orang lebih banyak beraktivitas dengan duduk dibanding bergerak aktif. Anak-anak di kelas belajar sambil duduk. Saat sudah menjadi pekerja kantoran, mereka juga disibukkan tumpukan pekerjaan yang “memaku” untuk terus duduk di tempat.


Ditambah pola makan tak sehat, obesitas bukan ancaman langka lagi. Karena itulah, pembakaran kalori diperlukan. Seperti sudah disinggung sebelumnya, tingginya intensitas gerakan dalam crossfit memungkinkan tubuh tetap membakar kalori sampai tiga hari ke depan.


Popularitas crossfit di Amerika, sampai juga ke Indonesia. Olahraga ini mulai dikenal sekitar tiga tahun lalu. Tergolong baru, maka itu masih belum banyak digaungkan. Di Jakarta sendiri, menurut Oka, Crossfit Equator adalah lembaga afiliasi pertama dengan Amerika.


“Makanya untuk mendapat sertifikasi pelatih, harus dari crossfit pusat,” imbuh Oka.


Selain crossfit box di Kemang, ada beberapa titik berlatih semi-outdoor lain. Salah satunya di Senayan, Jakarta Selatan. “Yang di Kemang ini pindahan dari Simprug. Karena tempatnya kurang luas, pesertanya makin banyak, pindah ke sini,” dia menjelaskan.


Ketenaran crossfit di Indonesia memang belum klimaks. Namanya tak langsung melejit. Namun peminatnya tak sepi. Diprediksi, sejuta manfaat olahraga inilah yang menjadi poin penting yang dicari dan semakin disadari masyarakat metropolitan.(np)