Demam Gadget Generasi Selfie




Presiden AS Obama memotret dirinya bersama PM Inggris David Cameron dan PM Denmark Helle Thorning-Schmidt di acara misa bagi Nelson Mandela. (news.yahoo.com)




Presiden AS Obama memotret dirinya bersama PM Inggris David Cameron dan PM Denmark Helle Thorning-Schmidt di acara misa bagi Nelson Mandela. (news.yahoo.com)



VIVAlife -Kemudahan berinteraksi melalui jejering sosial yang didukung internet, komputer jinjing, tablet, hingga ponsel pintar memunculkan generasi baru. Bukan lagi generasi X atau Y, mereka menamakan diri, generasi selfie. Itulah generasi yang demam gadget. Ciri mereka khas: melek teknologi, tanggap informasi, dan haus eksistensi di tengah derasnya arus informasi dunia maya.

Generasi pecandu gadget itu juga kerap mencari pengukuhan lewat media sosial, dengan memperbarui status Facebook, berkicau di Twitter, berbagi momen di Path, atau sekedar mengunggah foto menu makan siang mereka di Instagram. Karenanya, di tangan mereka, media sosial adalah kendaraan menuju aktualisasi diri.


Tapi, bukan hanya itu. Media sosial dan internet juga sekaligus menjadi penyedia informasi tanpa batas bagi generasi selfie. Di tangan mereka, informasi mengalir bebas, nyaris tanpa saringan. Itu sebabnya muncul pula fenomena baru: Fear of missing out alias FOMO yang berarti takut ketinggalan. Akibatnya, para FOMO tidak melihat dunia lewat mata sendiri, melainkan melalui layar gadget mereka.


Di sisi lain, derasnya aliran informasi yang dipegang generasi selfie juga menjadi kekuatan mereka. Tanpa disadari, kendati terlihat dangkal dan egois, generasi baru ini justru paling mandiri. Mereka melakukan semuanya sendiri, mulai mempromosikan diri hingga meraup keuntungan jutaan rupiah, semua lewat tangan mereka sendiri. Sebut saja Raditya Dika, blogger, penulis, stand up komedian, juga aktif di layar lebar. Semua sukses itu diraihnya berkat Twitter dan YouTube.


Tapi di luar semua itu, terdapat kekhawatiran bahwa generasi selfie yang begitu gandrung akan gadget adalah generasi yang lemah dan mudah lelah. Hasil riset The Halifax Insurance Digital Home Index menyebutkan bahwa 73 persen pengguna gadget merasa kesulitan jika harus jauh dari peralatan komunikasi mereka. Meningkatnya penggunaan gadget telah menciptakan sebuah generasi yang tidak dapat beristirahat, dengan 25 persen dari populasi mengakui bahwa mereka selalu memeriksa email atau pesan mereka di tempat tidur. Sepersepuluh dari mereka bahkan melakukan hal itu di kamar mandi.


Lalu, apa saja fenomena baru yang berkembang di masyarakat di era generasi selfie? Berikut beberapa hal yang berhasil dirangkum VIVAlife:


Selfie


Baru-baru ini, dunia dihebohkan dengan foto selfie tiga pemimpin dunia, Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Perdana Menteri Denmark Helle Thorning-Schmidt. Tidak berapa lama, Presiden SBY pun terlihat melakukannya dengan perdana menteri Malaysia. Dari jajaran selebriti, Kim Kardashian adalah pelopor Selfie di Instagram, selain Miley Cyrus dan Justin Bieber. Tidak hanya di bumi, tren selfie juga ikut mengangkasa, dimana astronot International Space Station Aki Hoshide melakukan foto diri dengan matahari dan bumi sebagai latar belakang. Foto tersebut di tweet ulang hingga 3000 kali dan dianggap sebagai selfie terbaik.


FOMO


Fear of missing out alias FOMO adalah ketakutan ketinggalan informasi, sekecil apapun. Atas alasan itu, para FOMO enggan melepas gadgetnya dari tangan. Semua jejaring sosial pun terpasang di gadgetnya. Intinya, semua informasi harus berada dalam genggaman tangannya. Akibatnya, dunia berlalu tanpa disadari para FOMO. Hidup, bagi mereka, adalah dalam jaringan internet. Sebagai contoh, 18 Desember lalu, seorang turis terjatuh dari dermaga Melbourne karena terlalu terpaku pada Facebook di ponselnya. Tapi bukan hanya turis itu saja, banyak juga yang nyaris menabrak perabotan di rumah akibat terlalu sibuk dengan media sosial atau bahkan tidak saling berinteraksi saat berkumpul bersama teman.


Sleep Texting


Fenomena mengetik pesan sembari tidur ini sekarang banyak terjadi pada remaja. Seperti tidur sambil berjalan, ini juga perilaku tidur yang abnormal. Belakangan, gangguan tidur seperti itu kian marak, terutama di kalangan remaja karena mereka tidak bisa dipisahkan dari ponsel. Menurut Pew Internet & American Life Project, satu dari tiga remaja mengirim SMS lebih dari seratus kali sehari. Setidaknya, empat dari lima remaja mengatakan mereka meletakkan ponsel di dekat tempat tidurnya.


Dr Mike Howell melalui penelitian Fairview Sleep Center di University of Minnesota Medical Center memperkirakan, setengah dari pasien remaja yang tidurnya bermasalah juga mengalami sleep texting. Karena, ditulis tanpa sadar, pesan yang dikirim sering kali membuat mereka malu. Bagaimana itu terjadi? Mengutip laman Star Tribune, bagian otak yang mengontrol ketrampilan motorik terbangun, sedangkan bagian otak yang mengatur memori dan penghakiman mungkin tetap tertidur. Itu sebabnya, orang bisa berjalan, berbicara, SMS, bahkan mengemudi, sementara mereka tidur.


Ill Healthies


Tren terbaru yang tengah berkembang sekarang ini adalah ill healthies alias mengambil foto diri saat tengah berasa di rumah sakit atau ketika terbaring sakit dan kemudian membaginya ke seluruh dunia lewat media sosial. Siapa yang melakukannya? Hampir semua orang, termasuk selebriti. Model Kelly Brook, Justin Bieber, Miley Cyrus, Sophie Ellis-Bextor, hingga pesepakbola Wayne Roonie pernah mengunggah foto ketika mereka sakit atau terluka.


Phubbing


Kebiasaan mengabaikan orang lain karena terlalu fokus pada ponsel pintar memang sudah menjadi fenomena umum yang sering terjadi. Kebiasaan ini bahkan sudah memiliki nama sendiri, “phubbing”. Dalam sebuah survei yang diikuti 6000 responden, hampir setengahnya mengaku berselingkuh karena merasa telah dinomorduakan oleh pasangannya. Posisi mereka dikalahkan oleh ponsel pintar yang menjadi prioritas utama pasangannya. Beberapa responden mengatakan pasangan mereka lebih memerhatikan ponselnya ketimbang dirinya saat mereka sedang bersama. Mengecek ponsel saat makan siang, saat sedang menonton film, di tengah-tengah percakapan penting bahkan setelah bercinta, ponsel menjadi hal pertama yang mereka pedulikan.


Ini adalah imbas dari kecanduan gadget. Psikolog Aric Sigman memperingatkan bahwa ketergantungan yang berlebihan kepada teknologi dapat menjadi masalah bagi seluruh kelompok usia dan menyebabkan kehancuran hubungan antarmanusia. "Ketika frekuensi dan durasi melihat layar meningkat, jumlah waktu yang dihabiskan untuk kontak langsung dengan 'kehidupan nyata' yaitu hubungan langsung dengan orang lain akan berkurang," ujarnya.