FOTO: Berakhir Pekan di Tengah Eksotisme Belitung




Pemandangan dari puncak mercusuar di Pulau Lengkuas, Belitung. (VIVAlife/Rizky Sekar Afrisia)




Pemandangan dari puncak mercusuar di Pulau Lengkuas, Belitung. (VIVAlife/Rizky Sekar Afrisia)



VIVAlife - Sejatinya, penduduk Belitung adalah masyarakat penambang. Tanahnya kaya akan hasil bumi: timah, bijih besi, kaolin. Masyarakat mengisi perut dari situ.

Jika pesawat terbang rendah di atas Tanjung Pandan, terlihat ceruk warna-warni diapit rerimbunan pohon maupun tanah gersang. Itulah bekas-bekas tambang.


Namun tambang bukanlah kekayaan yang terbarukan. Perlahan, hasil bumi itu habis digerogoti perusahaan asing. Masyarakat Belitung pun mulai bertransformasi.


Kini, mereka mengandalkan keindahan lanskapnya. Dan pelancong, baik dari dalam maupun luar negeri, berbondong-bondong mengunjunginya.


Menghabiskan akhir pekan di Belitung seperti meresapi panorama alam yang tak ada habisnya. Di Belitung Barat, pantai-pantai dan kepulauan menanti dieksplorasi.


Mari mengawali perjalanan dari Pantai Tanjung Kelayang. Di sana, menanti kapal-kapal motor yang bisa disewa menyambangi pulau demi pulau. Rata-rata Rp400 ribu sehari.


Tinggal pilih, pulau mana yang ingin dijajaki lebih dulu. Jika menyukai kontur berbatu-batu, bisa mengunjungi Pulau Garuda. Tumpukan batunya berbentuk seperti lambang negara Indonesia.


Di sekitarnya, pulau dengan batu-batuan granit siap menyambut. Salah satunya, Pulau Batu Berlayar.


Pulau Batu Berlayar, Belitung


Kontur itu langsung berubah ketika kapal sampai di Pulau Pasir. Tak ada batu, tak ada pepohonan maupun semak. Seluruhnya berupa gundukan pasir putih nan lembut.


Meski mungil dan sederhana, itu bisa menjadi tempat bermain air yang mengasyikkan. Belum lagi, bintang-bintang laut tanpa sungkan bermunculan di tepinya.


Bintang laut di Pulau Pasir, Belitung


Dari situ, lanjutkan perjalanan ke Pulau Lengkuas. Bukan hanya cukup luas, pulau itu juga paling tenar. Ciri khasnya mudah ditemukan: ada mercusuar menjulang di tengahnya.


Nama mercusuar itu: L.I. Enthoven. Usianya sudah lebih dari seabad. Ia dibangun sekitar tahun 1800-an, saat Belanda masih menjajah Indonesia. Tingginya 18 lantai.


Pengunjung boleh menaikinya, dengan membayar sekitar Rp5 ribu per kepala. Silakan tapaki satu demi satu anak tangganya. Keindahan alam sekitar, makin memesona dari lantai ke lantai.


Sampai di puncak, segala lelah akan luruh oleh panorama luar biasa. Hamparan laut biru terbentang luas, dengan gradasi kehijauan yang tampak jelas. Batu-batu besar menjadi aksesori pemanis.


Di ketinggian 18 lantai, semua seperti sempurna. Takkan terasa berapa lama waktu meresapi keindahannya. Sejam, dua jam, mungkin tak cukup. Belum lagi embusan angin yang melenakan.


pulau lengkuas belitung


Usai menaklukkan mercusuar di Pulau Lengkuas, cabut tambatan kapal dan berpindahlah ke Pulau Kepayang. Itu tempat bersantai paling mengasyikkan. Ada kafe kopi modern yang dibangun luas.


Pertama menginjakkan kaki, pengunjung disambut lantunan lagu bersemangat. Ingin memesan kopi atau sekadar duduk maupun bermain pasir, silakan saja.


Pulau Kepayang, Belitung


Tapi, jangan terlalu lama menghabiskan waktu di sana. Ada pemandangan indah lain yang patut dikejar: matahari terbenam di Pantai Tanjung Tinggi.


Sejak Belitung melejit namanya lewat novel dan film Laskar Pelangi, pantai itu lebih dikenal dengan nama Pantai Laskar Pelangi. Di sana lah Mira Lesmana dan Riri Riza melakukan syuting film.


Ingat bocah-bocah Belitung berlarian di sela bebatuan besar, memandang langit lepas dari atasnya? Pantai Tanjung Tinggi tempatnya. Itu lokasi terbaik menyaksikan sang surya ditelan cakrawala.


Senja di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung


Usai itu, lelah mungkin menerpa tubuh. Namun pengalaman mengagumi alam akan melekat selamanya. Ini mungkin akhir perjalanan, tapi bukan ujung dari kenangan.


Siapapun yang telah mencicipi keindahan Belitung, pasti merasa ingin kembali ke sana. (ren)


Pelangi di Belitung


Pulau Burung Mandi, Belitung