Studi: Patah Hati Bisa Mengancam Nyawa




Ilustrasi patah hati. (iStock)




Ilustrasi patah hati. (iStock)



VIVAlife - Tak sekadar membuat rambut rontok, patah hati benar-benar bisa mengancam nyawa. Sebab, kepergian kekasih tercinta membuat seseorang kehilangan nafsu makan dan waktu tidur.


Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menurun dan kesehatan memburuk. Penelitian terhadap 30 ribu warga Inggris menunjukkan, risiko jantung koroner dan stroke meningkat dua kali lipat dalam bulan pertama berduka.


Bahaya itu tak lagi muncul di bulan-bulan berikutnya. Namun hasil itu sudah memperlihatkan betapa sindrom patah hati benar-benar ada.


Sunil Shah, pemimpin penelitian di St George’s, University of London, menuturkan kehancuran yang dirasakan seseorang yang ditinggalkan membuat mereka mengabaikan masalah kesehatan.

Mereka lupa minum obat, tak peduli soal makan, dan sebagainya. Selain itu, ada pula risiko fisiologis yang dialami tubuh. Tentu saja, respons itu adalah negatif.


“Ada bukti, kehilangan dan kesedihan menyebabkan pembekuan darah, tekanan darah, meningkatkan kadar hormon stres, dan detak jantung,” ujar Shah, seperti dikutip Daily Mail.


Dengan begitu, masuk akal jika patah hati berkontribusi terhadap risiko serangan jantung dan stroke. Apalagi dalam sebulan berduka, orang tidak secara rutin meminum obat yang biasa digunakan untuk mengontrol penyakit itu.


“Penting bagi dokter dan orang dekat menyadari itu. Pastikan perawatan dan dukungan sebaik mungkin untuk masa-masa rentan setelah kehilangan orang yang dicintai,” lanjut dia. (ren)