Modal Rp4 Juta, Pria Ini Raup Omzet Miliran Rupiah




Pendiri usaha Kebab Turki Baba Rafi, Hendy Setiono. (http://ift.tt/1lF3eTv)




Pendiri usaha Kebab Turki Baba Rafi, Hendy Setiono. (http://ift.tt/1lF3eTv)



VIVAlife - Siapa tak kenal kebab? Santapan khas Timur Tengah ini begitu akrab di lidah. Di Indonesia, gerai-gerai penjual kebab tersebar secara luas di bawah berbagai nama dan merek. Membuat santapan ini mudah ditemukan.


Adalah Hendy Setiono, orang di balik usaha beromzet miliaran rupiah, Kebab Turki Baba Rafi. Untuk diketahui, Kebab Turki Baba Rafi adalah pelopor usaha gerai kebab pertama yang memperkenalkan santapan ini kepada masyarakat Indonesia.


Pria asal Surabaya tersebut pertama kali membuka bisnis kebab di kota asalnya. Terinspirasi dari perjalanannya ke Qatar, ia mencoba meracik kebab untuk pasar Indonesia.


"Tahun 2003 saya berkunjung ke Qatar untuk menengok Ayah saya yang bekerja di sana. Saya melihat begitu banyak gerai yang menjual kebab. Lalu saya pikir mengapa tidak membawa kebab Turki ke Indonesia?" ucap pria kelahiran 30 Maret 1983 itu dalam sebuah acara talkshow di Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI), kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa, 11 Februari 2014.


Ia kemudian berburu resep kebab dan mencarinya di gerai kebab yang paling ramai pengunjungnya. Menurutnya, makanan khas Timur Tengah yang dibuat dari daging sapi panggang, sayuran segar, dan mayonnaise yang digulung dengan tortila itu banyak terdapat di Qatar dan negara Timur Tengah lainnya.


Namun, yang paling lezat adalah kebab Turki. Ia pun memutuskan untuk menggunakan trademark Turki agar calon pelanggan tertarik.


Sesampainya di Indonesia, Hendy mencoba menyusun strategi bisnis dan bersama partner bisnisnya, Hasan Baraja. Modal awalnya, sebesar Rp4 juta hasil pinjaman dari adik perempuannya.


Kala itu, Hendy memilih berjualan kebab yang belum ia beri nama dan merek dengan menggunakan gerobak. Pertama kali, gerobak miliknya mangkal di salah satu sudut Jalan Nginden Semolo, yang terletak tidak jauh dari area kampus dan tempat tinggalnya.


Ternyata, resep kebab asli yang ia dapatkan kurang cocok dengan lidah masyarakat Indonesia. Begitu pula dengan ukurannya yang besar.


"Resep kebab asli itu rempahnya kuat sekali karena banyak menggunakan kapulaga dan cengkeh. Oleh karena itu, saya memodifikasinya menjadi lebih gurih dan pedas sesuai lidah orang Indonesia," ujarnya.


Mulai sejak usia 19 tahun


Saat pertama kali membuka usaha kebab, usia Hendy masih terbilang sangat muda, yakni 19 tahun. Ia juga masih duduk di bangku kuliah di jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS).


Nama Kebab Turki Baba Rafi diambil dari nama pertama anaknya, Rafi. Jadi Baba Rafi berarti ayah Rafi.


Karena tak ingin setengah-setengah dalam menjalankan bisnis, ayah tiga anak itu kemudian memutuskan untuk berhenti kuliah di semester 4 dan fokus berjualan kebab.


Tak disangka-sangka, keputusan yang sempat ditentang orangtuanya itu ternyata membawanya pada kesuksesan. Satu tahun pertama, ia telah membuka enam cabang dan masuk tahun kedua, ia memutuskan membuka peluang kerjasama franchise.


Tahun 2005, usaha kebabnya sudah diwaralabakan dan akhirnya didirikan PT. Baba Rafi Indonesia sebagai pemegang merek dagang Kebab Turki Baba Rafi. Dalam 3-4 tahun, Hendy berhasil mengembangkan sayap di mana-mana. Bahkan di penghujung tahun 2006, ia tercatat telah memiliki 100 gerai kebab tersebar di 16 kota di Indonesia.


Diliput media Turki


Kemudian di tahun 2008, kedai kebabnya telah berjumlah 325 yang tersebar di 50 kota dan menaungi 700 karyawan. Hendy bercerita, ia pernah diliput oleh media asal Turki. Menurutnya, pewarta asal Turki heran kebab bisa begitu populer di Indonesia. Bahkan kepopulerannya melebihi di Turki sendiri.


"Di Turki walaupun gerai kebabnya bagus tapi nggak pernah ada franchise. Setelah mencicipi, mereka bilang kebab saya beda dengan kebab di sana tapi lebih enak," ucapnya sambil terkekeh.


Kesukesannya dalam berbisnis kebab membuat Hendy mencoba menjajaki bisnisnya tersebut ke luar Indonesia. Walau pada awalnya cukup sulit karena masyarakat luar belum mengenal merek kuliner Indonesia, namun pada akhirnya kebab Baba Rafi pun laku keras di pasar Asia.


Hingga saat ini tercatat sebanyak 42 gerai internasional kebabnya yang tersebar di Filipina, Thailand, China, Sri Lanka dan Malaysia. Ia mengaku ingin menjadikan Baba Rafi sebagai usaha jaringan kebab terbesar di dunia.


"Tapi di beberapa negara menunya kami sesuaikan, seperti di Filipina itu orang-orangnya tidak suka pedas jadi sausnya hanya ada saus bawang putih, bawang bombai dan barbecue," katanya.


Kini, semakin banyak gerai-gerai kebab serupa bermunculan. Namun hal tersebut tidak membuatnya pesimis atau merasa terancam.


"Bisnis apapun pasti ada kompetitornya. Untuk itu penting melakukan inovasi," ujar Hendy.


Ia mengatakan bahwa dari kebab yang hanya ada dua pilihan yakni besar dan kecil. Saat ini Baba Rafi telah memliliki 15 varian menu. Ia juga melakukan beberapa inovasi dan marketing gimmick. Hal itulah yang membuat kebab miliknya masih mendominasi bisnis kebab di Indonesia dengan presentase 88 persen.


Kesuksesan Hendy merintis usahanya di usia muda membuatnya banyak diakui sebagai pengusaha muda yang kreatif dan pandai melihat peluang bisnis. Ia juga banyak menerima penghargaan sebagai wirausahawan terbaik di tingkat nasional maupun ASEAN diantaranya pemenang Ernst & Young Entrepreneur of The Year pada tahun 2009, pemenang 30 Waralaba Terbaik di ASEAN dan masih banyak lagi.


Hendy pun berbagi tips kepada anak muda yang memiliki banyak ide kreatif namun belum berani untuk membuka usaha.


"Tak perlu takut dengan kegagalan dan kesulitan, tiap tahun saya mengalami fase-fase sulit. Jika Anda berhati besar, kegagalan akan memacu Anda untuk terus berusaha," ujarnya. (eh)