Cara Unik Turunkan Berat Badan: Pakai Masker




Masker tidak hanya untuk menghindari debu dan asap polusi, namun bergeser jadi alat penurun berat badan. (REUTERS/Edgar Su)




Masker tidak hanya untuk menghindari debu dan asap polusi, namun bergeser jadi alat penurun berat badan. (REUTERS/Edgar Su)



VIVAlife - Masalah kesehatan adalah alasan utama bagi sebagian orang untuk memakai masker. Alat sederhana ini tak hanya sekadar membantu menghindari nafas sesak karena debu dan polusi, namun juga berguna untuk mencegah penyebaran virus dan kuman.

Berbeda dengan penduduk di Jepang, Negara Matahari Terbit tersebut menggunakan masker dengan alasan yang tidak ada hubungannya dengan kebersihan. Apa sajakah itu?


Salah satu alasan yang paling unik adalah untuk menurunkan berat badan. Di Jepang, masker memang jadi tren yang mewabah di kalangan muda. Sebagai penurun berat badan, masker dibubuhi aroma raspberry yang dikatakan dapat meningkatkan metabolisme tubuh.


Selain itu, manfaat lain yang tak terduga, masker digunakan untuk alasan mode dan kecantikan. Seorang model profesional di Jepang, tak percaya diri jika ia tampil tanpa riasan wajah, masker pun dijadikan solusi. Ada juga yang mengenakannya sebagai aksesori, seiring berkembangnya masker dengan berbagai motif.


Seorang siswi SMA di Jepang mengatakan, ia menggunakan masker untuk menyembunyikan headphone di telinganya. Karena Jepang termasuk wilayah yang dingin, ada juga yang menggunakan masker untuk memberikan kehangatan.


Padahal, sebelumnya di Jepang, masker dikenakan oleh orang-orang yang sedang mengidap penyakit. Jika sedang tak enak badan namun tak bisa libur dari kantor, solusi terbaik adalah mengenakan masker untuk menutup hidung dan mulut sehingga penyakit tak menular.


Fungsi mulai berubah pada tahun 2003. Saat itu, masker terbuat dari bahan katun dengan kantong di bagian dalam, yang digunakan sebagai tempat menaruh kasa. Usai dikenakan, kain kasa bisa dibuang dan diganti kemudian dikenakan kembali. Kini ada masker yang lebih murah dan praktis dari bahan non-woven, sehingga penggunanya pun bertambah.


Dilansir RocketNews24, psikolog Juni Fujikake mengomentari fenomena ini. Pasalnya, menurut Fujikake, penyimpangan manfaat masker dapat menghalangi komunikasi sosial karena mimik wajah tidak terlihat.


"Kecenderungan buruk memakai masker adalah tak bisa berhubungan langsung dengan orang lain, budaya baru telah membuat orang-orang terbiasa komunikasi lewat email dan sosial media, lebih dari komunikasi langsung," tutur Fujikake.