Kebiasaan Bayi Ini Berdampak Buruk bagi Kesehatan




Ada kebiasaan bayi yang bila terbawa sampai dewasa, jadi berbahaya. (istockphoto)




Ada kebiasaan bayi yang bila terbawa sampai dewasa, jadi berbahaya. (istockphoto)



VIVAlife - Sejak di dalam kandungan, bayi punya kemampuan alami: refleks mengisap. Itu penting, agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi. Maka, jangan heran saat melihat posisi bayi mengisap ibu jarinya di USG.


Ditemui di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur, dr Marissa TS Pudjiadi, spesialis anak, menjelaskan, aktivitas itu memberikan rasa tenang dan nyaman pada bayi.


“Terutama, saat mengalami reaksi emosional seperti tidak nyaman, mengantuk, bosan, tegang, takut atau lapar,” ucapnya.


Selain jari atau tangan, bayi juga “hobi” mengisap lengan, bibir, dot, serta benda-benda lain. Marissa menganggap itu wajar, sebagai pemenuhan kebutuhan fase oral yang dialami bayi.


“Fase tersebut dimulai sejak bayi lahir, dan biasanya akan menghilang perlahan sampai anak berusia 2 tahun,” jelas Marissa.


Namun, ada sebagian anak yang masih terbiasa mengisap ibu jari, meski berusia lebih dari 2 tahun. Jika begitu, lanjut Marissa, orang tua patut khawatir.


Sebab, terdapat dampak-dampak yang mampu berisiko pada kesehatan, bentuk rahang, gigi, hingga psikologi.


Menurut penjelasan Marissa, berikut beberapa dampak buruk dari kebiasaan bayi mengisap jari.


- Kebiasaan itu memengaruhi bentuk gigi dan rahang. Gigi anak berisiko menjadi maju (tonggos) dan rahang menjadi sempit serta dalam. Gigi pun menjadi lebih rapat karena lengkungnya menyempit. Ini juga bisa memengaruhi perkembangan pengucapan anak.


- Perubahan juga dapat terjadi pada gigi dan menyebabkan open bite. Yakni, saat gigi geraham atas dan bawah mengatup, gigi depan atas dan bawah tetap terbuka.


- Kebiasaan juga berisiko menyebabkan infeksi, karena kuman yang banyak terdapat pada jari dan kuku.


- Jika kebiasaan terus dilakukan anak selama bertahun-tahun, ada pula kemungkinan ia diolok-olok teman-temannya yang dapat berdampak pada kemampuan sosialisasinya.


- Mengisap ibu jari secara berlebihan pun merupakan indikator anak mengalami depresi. Efeknya beragam, mulai dari kepercayaan diri yang rendah, sulit diatur, minder, prestasi belajar rendah, dan sebagainya. Ini hanya terjadi pada sebagian anak.


Bila anak masih mempertahankan kebiasaan ini bertahun-tahun, orangtua harus tahu faktor penyebab ketidaknyamanan dan kegelisahan pada anak.


Jangan memarahi anak yang mengisap ibu jari, terutama ketika ia masih berusia di bawah 3 tahun. Alihkan perhatiannya, atau mulai ajak diskusi. Anak berusia di atas 3 tahun biasanya sudah dapat berbicara dan mampu merespons komunikasi. (art)