Ilustrasi tikus (img.rasset.ie)
VIVAlife – Anda termasuk petualang rasa? Jika iya, mungkin Anda harus berkunjung ke Dan Phuong, dekat Hanoi. Pasalnya, saat musim panen tiba, hampir seluruh restoran di sekitaran ibukota Vietnam itu menyajikan menu spesial, berupa tikus bakar.
Tikus yang disajikan merupakan hasil buruan yang menjadi ritual warga Vietnam saat musim panen tiba. Alasannya tentu agar tikus-tikus tersebut tidak merusak padi sebelum panen. Di Vietnam, tradisi mengonsumsi tikus sudah turun-temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat di utara bantaran Sungai Red serta di selatan Sungai Mekong masih mempertahankan kebiasaan tersebut.
Di kawasan Sungai Mekong, perburuan dilakukan saat musim banjir, ketika tikus yang tinggal di sekitar sungai mencari sarang baru. Warga akan membawa jaring dan keranjang bambu juga mengerahkan kawanan anjing untuk berburu tikus. Setelah ditangkap, tikus-tikus tersebut kemudian dijual kepada pemilik restoran, dimana mereka dikuliti dan dipanggang di atas arang.
Di restoran, satu kilogram tikus panggang dijual seharga 100 ribu dong atau setara Rp60 ribu. Beberapa restoran juga menyajikan atraksi khusus berupa area pemanggangan terbuka, dimana konsumen bisa langsung memanggang tikus pilihan mereka.
Mengonsumsi tikus memang terdengar menjijikkan, namun warga Vietnam percaya daging tikus menyehatkan. Dilansir dari Daily Mail, Thanh, salah satu pemilik restoran penjual tikus di Dan Phuong, menyebutkan bahwa daging tikus memiliki kandungan protein tinggi dan bahkan rasanya diklaim lebih lezat dari daging ayam. Selain itu, masyarakat Vietnam juga percaya bahwa mengonsumsi daging tikus bisa mencegah kanker. (umi)