Adonan roti dapat mengembang dikarenakan ragi menghasilkan gas karbondioksida yang terperangkap dalam jaringan gluten dalam adonan roti. (iStockphoto)
VIVAlife - Dalam pembuatan roti, ragi merupakan bahan yang tak pernah dilupakan untuk dimasukkan ke dalam adonan. Bahan pembuat roti ini ditujukan untuk mengembangkan roti sehingga roti menjadi tidak keras.
Ragi sendiri merupakan mikroorganisme hidup yang berkembang biak dengan cara memakan glukosa. Adonan roti dapat mengembang dikarenakan ragi menghasilkan gas karbondioksida yang terperangkap dalam jaringan gluten dalam adonan roti.
Nah, terdapat tiga jenis ragi yang digunakan dalam pembuatan roti. Apa saja? Berikut jenisnya seperti dilansir laman Cookingforengineers.
Ragi basah
Ragi ini memiliki kadar air sekitar 70 persen dan harus disimpan pada ruangan bersuhu 20-50 derajat celsius agar daya pembentukan gas dapat berlangsung dengan baik.
Kekurangan ragi ini hanya bertahan pada udara luar dalam jangka waktu pendek. Untuk mengatasinya ragi harus lah disimpan di suhu rendah dan dapat bertahan selama 2 atau 3 hari. Keunggulan ragi ini adalah mampu bertahan dengan air dingin atau es, lebih mudah larut, dan aroma khas yang tak didapat menggunakan ragi jenis lain.
Ragi kering
Ragi kering ini biasanya dikenal juga sebagai ragi instan dan paling sering digunakan dalam pembuatan roti. Bentuknya yang halus memudahkannya parut dalam adonan. Selain itu kadar airnya yang rendah dan dapat disimpan di tempat dengan suhu rendah untuk dapat aktif menjadi salah satu keuntungan ragi jenis ini. Penggunaan ragi ini juga tidak memakan banyak yaitu sekitar 1-2 persen dari berat adonan tepung.
Ragi koral
Kadar air sebesar 7,5 persen dalam ragi ini memerlukan pengaktifan terlebih dahulu dengan mencampurkannya ke dalam air bersuhu 300-480 derajat celsius. Penggunaan ragi jenis ini dua kali lipat banyaknya jenis ragi instan agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Ragi jenis ini memang agak menyulitkan, tetapi hasil yang didapatkan dibandingkan ragi jenis instan lebih baik dan khas.