Awas, Alergi Makanan Bisa Sebabkan Kematian




Susu, salah satu makanan yang bisa menyebabkan alergi dan anafilaksis. (REUTERS/Marcelo Del Pozo)




Susu, salah satu makanan yang bisa menyebabkan alergi dan anafilaksis. (REUTERS/Marcelo Del Pozo)



VIVAlife - Mengonsumsi ayam, susu, telur, lalu timbul ruam yang gatal pada kulit? Masyarakat awam mengenalnya sebagai alergi makanan. Solusinya sederhana: hindari makanan yang dipantangkan. Tapi ternyata, dampak alergi makanan tidak sesederhana mengurangi ayam, susu, atau telur.


Alergi makanan menyebabkan kekebalan tubuh, yang kemudian bisa berdampak fatal bagi tubuh. Mengutip laman Medical News, alergi makanan bisa berujung pada kematian. Sebab, para penderita mungkin terserang anafilaksis, reaksi alergi berat yang terjadi tiba-tiba.


Anafilaksis umumnya timbul setelah mengonsumsi susu, telur, kerang, kacang tanah, dan kacang pohon. Reaksi yang ditimbulkan berupa pembengkakan dan kesulitan bernapas.


Untuk membuktikan fatalnya alergi makanan, peneliti mengkaji kembali rincian yang diterbitkan dalam jurnal Clinical and Experimental Allergy. Terdapat 13 studi global tentang alergi makanan yang dilakukan antara tahun 1946 dan 2012.


Penderita alergi makanan terus meningkat. Dalam 10 tahun, peningkatan bisa terjadi sampai 18 persen. Dari data tersebut, diketahui bahwa alergi makanan membunuh 1,81 persen dari 1 juta orang dalam periode setahun.


Mengomentari temuan itu, Robert Boyle dari Imperial College London menyatakan, anafilaksis memang mengkhawatirkan karena reaksi alergi yang parah dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.


Meski terdengar menyeramkan karena bisa menyerang siapa saja, penyakit itu masih tergolong langka. The Centers for Disease Control and Prevention, badan pelayanan kesehatan di Amerika mengatakan, seseorang lebih banyak dibunuh daripada meninggal karena alergi makanan.


Data menyebutkan, risiko terbunuh di Eropa adalah 11 banding satu juta orang per tahun. Sedangkan risiko meninggal akibat kecelakaan, adalah 324 banding satu juta orang per tahun.


“Kami tidak ingin meremehkan kekhawatiran orang terhadap alergi makanan, tapi pencegahan harus dilakukan, bukan hanya fokus terhadap kematian,” kata Doyle.(np)