Goresan Tangan Gusnaldi, Sang Pesulap Wajah




Gusnaldi, penata rias dengan talenta 'sulap'. (Dok. Pribadi Gusnaldi)




Gusnaldi, penata rias dengan talenta 'sulap'. (Dok. Pribadi Gusnaldi)



VIVAlife - Seorang penata rias ibarat pesulap. Hanya dengan menyapukan make up, ia mampu mengubah wajah seseorang menjadi lebih cantik. Jauh berbeda dari keseharian. Kepiawaian memoles wajah itulah yang dimiliki Gusnaldi, seorang penata rias profesional di negeri ini.


Ia bisa menyulap wajah seseorang menjadi beragam karakter. Itu terangkum dalam buku The Masterpiece of Gusnaldi karya Wuri Handayani. Gusnaldi menampilkan aksinya mengubah wajah, hanya dengan satu model.


Dari satu bentuk wajah itu, ia bisa memunculkan karakter yang berbeda-beda. Kuncinya: permainan riasan. Ia harus pandai-pandai menorehkan sapuan yang berbeda untuk setiap karakter.


Kreasi Gusnaldi memang selalu out of the box. Kepiawaiannya menciptakan masterpiece bisa menjadi inspirasi bagi dunia kecantikan Indonesia. Salah satu contohnya, riasan bertema 'Hello Peacock'. Sesuai namanya, Gusnaldi terinspirasi dari kemolekan merak, burung khas Indonesia.


Riasannya penuh permainan warna. Ada kecantikan dari bias rona mata yang membentuk imaji sensualitas. Warna-warni bulu di kelopak mata, sama sekali tak terlihat norak maupun angkuh. Justru membuat mata tampak manis dan bersahabat.


Gusnaldi menyebutkan, riasan itu sangat cocok digunakan saat menghadiri pesta cocktail. Cantik, memikat. Berkat kreasinya yang selalu berujung sukses itu, tak jarang Gusnaldi didapuk menjadi perias model internasional. Jasanya kerap disewa brand prestisius.


Padahal, dulunya ia bukan siapa-siapa. Gusnaldi juga pernah merasakan perjuangan melawan kerasnya ibu kota. Setelah rajin mengikuti kursus kecantikan, ia akhirnya mendirikan salon independen dengan namanya sendiri. Itulah tonggak solo kariernya.


Kehebatan Gusnaldi memang patut dipuji. Ia membawa dunia tata rias Indonesia meroket ke mata dunia. Menyejajarkan kedudukannya dengan tokoh-tokoh yang dulu ia idolakan. Steve Jobs, Andrea Boclli, dan Rafael Nadal.


Memang tak semua di bidang kecantikan. Gusnaldi berpendapat, belajar dari kesuksesan orang di berbagai belahan dunia dan berbagai bidang akan membuatnya lebih kuat.


“Apabila Anda selalu mengidolakan tokoh yang sama dengan karier Anda, maka hanya sedikit ilmu yang diperoleh untuk mengembangkan karier Anda,” begitu prinsipnya, seperti yang tertulis dalam buku Masterpiece of Gusnaldi.


Buku setebal 245 halaman itu merupakan salah satu impian Gusnaldi yang akhirnya terwujud. Tak hanya berisi trik make up, tetapi juga kisah hidupnya.


“Sebagai seorang make up artist tentu saya memiliki idealisme. Semuanya tertuang dalam buku ini. Karakter make up nyeleneh dan kreativitas yang sedikit di luar kebiasaan, saya tampilkan sebagai luapan seni,” ungkapnya. (eh)