Operasi Akhir Pekan, Risiko Kematian Tinggi?




Prosedur operasi. (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)




Prosedur operasi. (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)



VIVAlife - Mendengar kata operasi yang terbersit adalah memperbaiki kembali bagian tubuh yang rusak karena berbagai macam alasan. Tak peduli soal waktu atau hari untuk tindakan ini, terpenting adalah operasi berjalan lancar dan sembuh dari penyakit. Dan, waktu yang dianggap paling berisiko untuk melakukan tindakan operasi adalah saat akhir pekan.

Berdasarkan laporan National Health Service (NHS), operasi pada akhir pekan dapat meningkatkan jumlah kematian hingga 82 persen. Para peneliti dari Imperial College London mencatat, ada empat juta orang yang menjalankan operasi elektif (operasi darurat atau tanpa jadwal) di rumah sakit. Dan, 27.500 tercatat meninggal dunia.


"Selama 48 jam setelah operasi, pasien sering mengalami periode paling kritis, terutama untuk pasien bedah. Kegagalan menyelamatkan pasien ini dikarenakan minimnya ketersediaan sumber daya manusia, dan layanan diagnostik selama akhir pekan," kata salah satu peneliti, Dr. Paul Aylin, seperti dikutip dalam Dailymail.


Dalam penelitian tersebut, disebutkan pula soal efektif atau tidaknya operasi tanpa jadwal yang dilakukan pada akhir pekan. Menurut Dr. Aylin, tindakan operasi yang dilakukan terbukti berisiko memberikan hasil buruk.


Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menemukan, ratusan kematian bisa dihindari dengan menempatkan konsultan yang bertanggung jawab atas perawatan. Tak terlepas, saat akhir pekan.


Fakta lainnya, pada hari Rabu misalnya, risiko kematian meningkat hingga 15 persen dibandingkan hari sebelumnya. Presentase risiko kematian sebanyak 21 persen di hari Kamis, dan 44 persen pada hari Jumat.