Jins Mahal Buatan Tangan Seharga Rp11,6 Juta



Koleksi jins PRPS (PRPS)



VIVAlife - Jins selalu jadi andalan dalam tiap penampilan, baik oleh pria maupun wanita. Tak heran banyak orang rela menghabiskan uang banyak demi mendapatkan jins yang pas di tubuh, dengan warna bagus dan tahan lama. Lalu, berapa biaya yang biasa Anda keluarkan untuk membeli sebuah jins?

PRPS, sebuah lini jins eksklusif berbasis di New York, baru saja mengeluarkan koleksi yang harganya US$1.200 atau Rp11,6juta. Banyak orang penasaran, mengapa hanya untuk sepotong jins harganya bisa sangat tinggi.


Donwan Harrell, pemilik PRPS menjelaskan kalau koleksi yang diberi nama PRPS Noir itu memang sangat eksklusif. Dibuat secara spesifik, dan personal untuk pelanggannya.


"Untuk seseorang yang sangat mengapresiasi hal detail, dan tidak bisa menemukannya di produk jins lain," kata Harell, dikutip dari Shine.


Pada bagian dalam belakang area kantong jins "PRPS Noir", menggunakan replika Wabash fabric. Wabash ini dibuat berdasarkan teknik pencelupan indigo pertama yang sangat populer di Jepang pada 1900an. Lalu area dalam jins, ditutupi dengan kain yang dianyam.


Dari proses awal sampai akhir, untuk membuat satu potong celana jins Noir dibutuhkan waktu sekitar empat hari. Untuk membersihkannya butuh waktu tiga hari, mulai dari basah, kering, hingga sentuhan akhir. Ornamen jins lainnya seperti kancing dan risleting direndam dalam cat tipis satu per satu untuk memberikan tampilan otentik.


Ada juga detail kain satin di area saku yang dijahit dengan tangan di sekellingnya. Sangat mewah dan mengandalkan sentuhan tangan sebagai detailnya.


"Koleksi PRPS Noir saat ini hanya ada di Bergdorf Goodman, New York City," ujar Harell.


PRPS sendiri didirikan pada 2002 oleh Donwan Harrell, mantan desainer Nike. Proses pembuatan koleksi jins dari PRPS memang cukup rumit. Proses produksi dilakukan di Jepang. Sementara, bahan utama jins berasal dari tumbuhan organik di Afrika.


Setelah mendapat bahan mentah dari Afrika, benang kemudian diolah dengan cara ditenun menggunakan alat klasik yang berasal dari tahun 1960an. Setelah itu para pengrajin mengolah dan menjahitnya, dan sebagian besar proses pembuatannya menggunakan tangan.